RINGTIMES BANYUWANGI – Sebagai daerah yang begitu kental dengan adat dan budayanya, Banyuwangi bahkan disebut sebagai kota santet.
Stigma buruk itu bahkan masih mengikat hingga saat ini. Kekuatan supranatural dari santet Banyuwangi bahkan membuat banyak orang takut untuk berkunjung dan mengenal orang Banyuwangi.
Padahal, tidak semua wilayah dan orang Banyuwangi dapat melakukan praktik santet ini.
Namun yang dikenal secara luas sebagai orang-orang yang kental dengan tradisi santet adalah adalah masyarakat Osing.
Menurut Heru S.P Saptra pada 3 Juni 2021, jenis-jenis santet di Banyuwangi dibedakan menjadi empat jenis dintaranya santet hitam, santet merah, santet kuning, dan santet putih.
Masing-masing diantaranya memiliki fungsi, manfaat, dan cara kerja yang berbeda. Namun, ada dua jenis santet Banyuwangi yang paling menakutkan dan bisa mematikan, yakni:
1. Santet Hitam
Santet hitam Banyuwangi adalah salah satu dari jenis santet nusantara yang paling mematikan dan menakutkan.
Jenis santet hitam ini berupa mantra yang dijiwai oleh nilai kejahatan dan telah banyak digunakan sebagai media kejahatan.
Korban dari santet hitam biasanya tidak akan mengambil nyawa korban saja, akan tetapi harta benda para korban pun juga turut dihabiskan oleh pelaku santet jenis ini.
Baca Juga: 4 Jenis Tanaman Penangkal Santet atau Ilmu Sihir
2. Santet Merah
Jenis santet merah menjadi salah satu jenis santet yang disebut menjadi salah satu jenis santet paling menakutkan.
Biasanya, para pelaku santet merah merupakan salah satu bagian dari golongan orang yang tidak menggunakan hati nurani, karena terdorong untuk memenuhi hawa dan nafsu.
Penggunaan santet ini ditujukan untuk menyiksa batin korban santet hingga fisiknya juga ikut tersiksa.
Meski tidak semua korban mati akibat santet ini, tetapi kenyakan korban mengalami masalah sosial bahkan juga serupa dengan santet hitam yang bisa mematikan.
Baca Juga: 5 Tanda Rumah yang Terkena Santet Kiriman, Cek Sekarang
Lebih dari itu, percaya atau tidak semuanya kembali pada diri dan kepercayaan masing-masing.
Budaya dan tradisi tidak pernah salah, dan kita sebagai pengedali estafet budaya Indonesia akan lebih baik jika tetap menjaganya tanpa disalahgunakan.***