Pasien Covid-19 Butuh Waktu Lebih Lama untuk Sadar dari Koma

- 8 Juni 2020, 13:00 WIB
BERHASIL lalui masa kritis seorang pasien Covid-19 lamar sang kekasih melalui sambungan video call di rs
BERHASIL lalui masa kritis seorang pasien Covid-19 lamar sang kekasih melalui sambungan video call di rs //* Mirror

RINGTIMES BANYUWANGI-  Ada beberapa pasien Covid-19 yang telah menggunakan ventilator membutuhkan waktu berhari-hari bahkan hingga berminggu-minggu untuk bangun.

Weill Cornell mengatakan bahwa itu adalah masalah besar.

Konsekuensi yang ditimbulkan berkisar dari kabut mental, penyimpangan ingatan ringan, hingga masalah neurologis yang parah.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Washington Post, setelah lima hari mengunakan ventilator karena Covid-19, Susham 'Rita' Singh telah berubah.

"Yang hebat MRI otaknya normal, tapi kemudian pertanyaannya menjadi: Apa yang terjadi?" tutur Silky Singh Pahlajani.

Pertanyaan tersebut membingungkan para ahli saraf dan dokter rehabilitasi yang merawat pasien dengan kasus berat yang parah .

Baca Juga: 5 Makanan Yang Masih Aman Dikonsumsi Bagi Penderita Asam Urat

Sejumlah besar dari mereka yang telah menghabiskan waktu lama di ventilator membutuhkan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu dan bukannya berjam-jam untuk bangun dari koma yang dipicu secara medis.

Ketika sadar kembali, banyak pasien yang menghadapi waktu berbulan-bulan untuk rehabilitasi kognitif dan fisik.

Bahkan beberapa di antara mereka tidak pernah bisa kembali ke tingkat fungsi sebelumnya.

"Beberapa pasien, kami hentikan sedasi mereka, mengambi tabung pernapasan dan segera mereka memberi respon dengan mengacungkan jempol atau beberapa kata," ujar ahli saraf Nicholas Schiff, di Weill Cornell Medicine di New York yang berspesialisasi dalam mengobati gangguan kesadaran.

"Tapi ada beberapa pasien masih tidak mengikuti perintah dan masih belum mengekspresikan diri mereka berminggu-minggu kemudian," tambahnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Dikabarkan Korupsi Dana Desa Sebesar Rp 59 Triliun

Schiff mengatakan bahwa insiden dari kasus pemulihan berkepanjangan ini masih belum diketahui.

"Semua orang yang saya kenal di bidang ini, di seluruh negeri dan di seluruh dunia, melihat pasien-pasien ini. Saya pribadi telah mengamati, dan pernah merujuk kasus saya kepada orang yang koma tertutup selama dua sampai tiga minggu. Ini masalah besar," katanya menjelaskan.

Tingkat keparahan dari efek neurologis pada mereka berkisar pada 'kabut mental', kelelahan atau penyimpangan memori ringan, hingga disfungsi parah yang membutuhkan rehabilitasi panjang.

Berdasarkan makalah jurnal Neurotical Care yang terbit pada 28 April 2020 lalu, besarnya pandemi Covid-19 akan menghasilkan penyakit saraf substansial.

"Volume semata-mata dari mereka yang menderita penyakit kritis cenderung menghasilkan peningkatan beban gangguan kognitif jangka panjang," menurut jurnal tersebut.

Baca Juga: Di Era New Normal Taman Botani Sukorambi Jember akan Dibuka

Sebuah jurnal lainnya dari Wuhan, Tiongkok, menggambarkan bagaimana 13 dari 88 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan sindrom pernapasan akut yang parah, atau 14,8 persen, mengalami 'gangguan kesadaran' setelah dikeluarkan dari ventilantor.

Ahli saraf Nicholas Schiff, merujuk pada kasus aktor Broadway Nick Corder (41) yang ditempatkan pada ventilator pada 1 April 2020 lalu saat dirawat di rumah sakit karena Covid-19.

Namun, ia tidak segera bangun usai obat penenang yang membuatnya koma dihentikan dan Nick Cordero baru tersadar 2 minggu kemudian.

Bahkan sesaat sebelum sadar, Cordero harus menjalankan amputasi, setelah sebuah gumpalan muncul di kaki kirinya.

"Hanya fakta bahwa mereka masuk ke sindrom gangguan pernapasan akut, Anda tahu akan ada sejumlah besar orang yang akan memiliki beberapa gangguan kognitif," ujar direktur National Institute of Neurological Disorders and Stroke, Walter Koroshetz.

Baca Juga: Penyuluh Agama Asal Mataram Urus Jenazah Pasien ODP COVID-19

Pertanyaan lainnya muncul apa yang unik mengenai Covid-19, Koroshetz mengatakan bahwa hal tersebut belum diketahui.

"Pertanyaan besarnya adalah apa yang unik tentang Covid-19. Kami belum tahu jawabannya. Kami benar-benar perlu memiliki informasi yang lebih tepat," tuturnya.

Beberapa efek neurologis mungkin disebabkan oleh stroke yang disebabkan oleh kecenderungan Covid-19 untuk meningkatkan pembekuan darah.

Tapi Ahli saraf Nicholas Schiff mengatakan banyak pasien, seperti Susham 'Rita' Singh, tidak memiliki tanda-tanda stroke.

Ia juga mengungkapkan peradangan otak juga terlihat pada beberapa pasien yang berusia 19 tahun.

Schiff mengatakan, dia yakin bahwa pemulihan kognitif lambat dari beberapa pasien yang sembuh karena Covid-19 mencerminkan sesuatu di luar waktu sedasi mereka.

"Kita tentu tahu bahwa orang-orang yang menggunakan obat penenang dalam waktu lama dapat membutuhkan waktu lama untuk bangun. Tetapi 12 hari setelah sedasi berakhir? Itu tidak khas," tuturnya. (Rahmi Nurfajriani)

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah