RINGTIMES BANYUWANGI – Menahan lapar dan dahaga selama bulan Ramadhan bagi sebagian individu terasa tidak ada hal yang signifikan, namun akan berbeda cerita dengan penderita asam lambung.
Penyakit asam lambung dalam istilah kedokterannya sering dikenal sebagai Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).
GERD atau penyakit asam lambung merupakan suatu bentuk gangguan saluran cerna, dimana isi lambung masuk kembali ke dalam esofagus dan rongga mulut, sehingga menyebabkan gejala dan komplikasi.
Baca Juga: Makanan Pedas Tak Sebabkan Asam Lambung Naik Menurut dr Zaidul Akbar, Mengapa?
GERD merupakan kondisi yang cukup sering dialami, dimana prevalensinya diperkirakan mencapai 8 – 33 persen di seluruh dunia.
Kontradiksi antara kewajiban bagi umat Muslim untuk puasa menahan memasukkan sesuat ke dalam tubuh dengan penderita asam lambung akan menimbulkan pertanyaan sendiri.
Dilansir dari Antara Jatim, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH., mengatakan bahwa puasa Ramadhan justru dianjurkan bagi penderita asam lambung.
“Jika penderita maag non-akut, artinya penderita tidak mengalami gejala parah seperti muntah, muntah disertai darah, nyeri perut yang luar biasa, dan gangguan ekstrim lain. Tetapi malah dianjurkan untuk berpuasa," ujarnya dalam cuplikan YouTube Dokter UNAIR TV pada hari Rabu, 30 Maret 2022.
Menurut penelitian karya Ivan Buntara et. Al yang berjudul “PERBANDINGAN HASIL KUESIONER GERD-Q DAN GEJALA GERD PADA KELOMPOK YANG MENJALANKAN PUASA RAMADHAN DAN TIDAK”, puasa Ramadhan tidak terbukti meningkatkan gejala-gejala dan insidensi penyakit.