Jangan Khawatir, Fetish Dapat Disembuhkan, Berikut Caranya

- 1 Agustus 2020, 15:24 WIB
Ilustrasi fetish. /Unsplash/Sonny Ravesteijn
Ilustrasi fetish. /Unsplash/Sonny Ravesteijn /Sonny Ravesteijn

Kedua, bila fantasi seksual dan perilaku fetish itu membuat seseorang terganggu, baik secara fungsi sosial dan fungsi pribadi, dapat dipastikan dia mengalami fetishistic disorder.

"Nah, untuk kasus Gilang ini kan dia sudah melanggar hukum. Berarti fungsi sosial dia sudah terganggu. Dia bisa terkena pasal di KUHP terkait pelecehan seksual yang menjurus ke pemerkosaan karena ada unsur paksaan. Kejadiannya juga sudah berlangsung lama dan terus-menerus," kata Ade.

Baca Juga: Semakin Panas! Amerika Serikat Akan Ciptakan Rudal Baru, Siap Tantang China

Lantas, apakah gangguan ini bisa disembuhkan? Terkait hal tersebut, Ade menjelaskan bahwa teknik pengobatan fethisistic disorder biasanya dilakukan dengan menggunakan dua metode sekaligus, yakni therapi obat dan Cognitive Behavioral Therapy (CBT).

"Untuk gangguan-gangguan seperti ini ada kombinasi yang disarankan, ada therapi obat dan CBT. Tujuannya adalah untuk mengubah pola pikir si perilaku. Namun, ada catatannya, dia harus berada dalam terapi jangka panjang. Kalau terapi berhenti, bisa kambuh lagi. Jadi, keduanya harus terus berjalan bersamaan dan terus-menerus," tutur Ade.

Bisa berawal menjadi korban

Sementara itu, menurut dr. Alvina, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Fetishism bisa saja terjadi saat anak menjadi korban atau anak melihat perilaku seksual yang menyimpang. Ada teori lain yang mengatakan bahwa seseorang mungkin mengalami kurangnya kontak seksual sehingga mencari pemuasan dengan cara yang lain.

Baca Juga: LAGU POP : Lirik Lagu 'Di Sepertiga Malam' oleh Rey Mbayang

Terdapat pula teori lainnya yang mengatakan bahwa terjadi keraguan tentang maskulinitas pada laki-laki yang mengalami Fetishism atau ada rasa takut adanya penolakan sehingga dia menggunakan objek yang tidak hidup untuk memberinya kepuasan seksual.

"Secara umum, penyimpangan seksual lebih banyak dialami laki-laki daripada perempuan dan terdapat teori yang mengatakan bahwa Fetishism berkembang sejak masa kanak-kanan. Namun, ada pula yang mengatakan onset-nya adalah saat masa pubertas," ujar dr. Alvina, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa.

Halaman:

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x