RINGTIMES BANYUWANGI - Mantan vokalis band Nidji, Giring Ganesha dikabarkan maju di Kontestasi Pilpres 2024 mendatang sebagai calon Presiden.
Seorang pria yang akrab dipanggil Giring Nidji ini optimis untuk maju ke gelaran Pilpres 2024 mendatang.
Ia saat ini menduduki jabatan Plt ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), salah satu partai politik yang sebagian besar kadernya diisi oleh para pemuda yang salah satunya adalah Giring Nidji.
Baca Juga: Lirik Lagu Burung Gereja dari Giring Ganesha Feat Dul Jaelani
Tentu keputusan untuk memberanikan maju untuk mencalonkan diri sebagai orang nomer satu di Indonesia mempunyai alsan tersendiri.
Menurut eks vokalis grub band Nidji tersebut tentu hal ini tidaklah mudah. Karena ia memutuskan terjun ke dunia politik padasaat dimana banyak anak mudak tidak suka dengan dunia politik.
"Kita boleh saja benci politik, namun banyak keputusan penting yang terkait didir kita diambil dan diputuskan melalui sistem politik," ujarnya, sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Partai Solidaritas Indonesia pada 28 Desember 2021.
Baca Juga: Giring Ganesha Layangkan Kritik Pedas ke Anies Baswedan, Berujung Dipermalukan Pasha Ungu
Ia mencontohkan mengenai kepastian hukum dalam bidang usaha yang kemudian membuat dunia usaha dapat tumbuh dengan baik yang kemudian membuat cari lapangan kerja menjadi gampang.
"Kepastian hukum seperti itu ditentukan oleh apa ya?, ya sistem politik lah," tegasnya.
Maka ia menjelaskan ada dua pilihan bagi generasi muda, yang pertama adalah diam dan melihat orang lain yang menentukan arah masa depan atau turun dan terlibat menentukan masa depannya sendiri.
Baca Juga: Kabar Prabowo Subianto Maju Lagi di Pilpres 2024, Gerindra Katakan Paling Unggul
"Dari kedua pilihan tersebut, saya lebih memilih untuk turun dan terlibat, saya percaya bahwa anak muda justru harus melibatkan diri lebih lagi dalam politik, yang dimana ini adalah cara agar suara kita didengar, diperhitungkan dan bisa menentukan masa depan yang kita inginkan," ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa dalam mengambil keputusan yang besar ini, juga dilatar belakangi cerita kehidupannya.
"Saya lahir dari keluarga biasa, keluarga kelas pekerja. Saat krisisi tahun 1998 dan karena beban ekonomi yang berat, bapak saya terserang stroke dan akhirnya meninggal dunia. Salah urus politik pada masa itu membuat keluarga saya dan jutaan para pemuda lainnya jadi sangat berat," ujarnya.
"Pelan-pelan, jika politik jatuh ke tangan yang tepat, justru akan membawa manfaat bagi banyak orang, membuat hidup jutaan orang jadi lebih baik lebih bahagia,"pungkasnya.***