Melalui Terobosan Ekonomi, Indonesia dan Turki Diprediksi akan Jadi kekuatan Dunia

- 17 Juli 2020, 14:48 WIB
ILUSTRASI Bumi
ILUSTRASI Bumi /Pixabay

Karena populasi di Barat menyusut lebih cepat daripada di Afrika dan Asia dan dibutuhkan waktu 80 tahun atau lebih untuk penurunan tingkat kelahiran di negara berkembang, pergeseran kekuatan global tak terhindari.

Penelitian dilakukan tim yang terdiri dari 24 ilmuwan dan dipimpin Dr. Christopher Murray dan Profesor Stein Vollset dari University of Washington di Seattle. Studi diterbitkan dalam jurnal medis Inggris The Lancet. Dr Murray mengatakan, “Angka kelahiran diperkirakan akan turun secara global karena semakin banyak negara modern dan peran tradisional perempuan sebagai ibu dan ibu rumah tangga perlahan menghilang.”

Baca Juga: Fakta Sebenarnya Terkait Isu Palestina Dihapus dari Apple dan Google Maps

Ketersediaan yang lebih baik dan keterjangkauan kontrasepsi di negara-negara yang saat ini memiliki layanan kesehatan yang buruk juga mengurangi kelahiran tak terencana.

Pendidikan yang lebih baik untuk perempuan, peningkatan hak-hak perempuan dan kesempatan kerja juga menjadikan lebih banyak perempuan berkarier penuh dan cenderung tak memiliki keluarga besar.

Hal ini diproyeksikan akan menyebabkan penurunan tingkat kesuburan populasi dunia dari rata-rata 2,37 anak per wanita (237 anak dari setiap 100 wanita) menjadi 1,66, atau 166 anak untuk setiap 100 wanita.

Baca Juga: Ayah Rey Utami Tidak Tahu Soal Kabar Perceraian Anaknya dengan Pablo Benua

Tingkat kesuburan harus stabil di angka dua agar populasi tetap stabil dan 2,1 agar meningkat. Sebanyak 23 negara diperkirakan mengalami penyusutan populasi 50 persen atau lebih.

Mereka yaitu Latvia, El Salvador, Puerto Riko, Jamaika, Uni Emirat Arab, Bulgaria, Kroasia, Ukraina, Kuba, Romania, Polandia, Andorra, Moldova, Saint Vincent dan Grenadines, Bosnia dan Herzegovina, Portugal, Taiwan, Jepang, Serbia , Slovakia, Sri Lanka, Thailand dan Spanyol.

Meski ada kekhawatiran tentang penyusutan populasi, akselerasi lansia dan dampak ekonomi, semua hal itu dikatakan Profesor Vollset jangan sampai mengarah pembatasan hak perempuan.

Halaman:

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: Galamedianews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah