Tidurnya Orang Puasa Itu Ibadah, Berikut Penjelasannya

26 April 2020, 19:30 WIB
/

RINGTIMES - Sesungguhnya amalan apa pun yang baik dengan niat karena mengharap ridha Allah akan dinilai kebaikan, tergantung niatnya.

Namun sering salah kaprah, termasuk tidurnya orang puasa juga termasuk ibadah, sehingga jika diikuti malah jadi membuat orang malas dengan dalih ibadah.

Apalagi di bulan Ramadhan, segala amal akan dilipatgandakan oleh Allah ta’ala.

Baca Juga: Antisipasi Pemudik, Petugas Sekat Delapan Titik Masuk ke Jawa Timur

Dikutip dari Rumaysho.com, Hadits yang dimaksudkan berbunyi:

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ

“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan.”

Baca Juga: Layanan Akad Nikah di KUA Kembali Dibuka, Baca Syarat-syaratnya

Perowi hadits ini adalah ‘Abdullah bin Aufi. Hadits ini dibawakan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/1437. Dalam hadits ini terdapat Ma’ruf bin Hasan dan dia adalah perowi yang dho’if (lemah).

Juga dalam hadits ini terdapat Sulaiman bin ‘Amr yang lebih dho’if dari Ma’ruf bin Hasan.

Dalam riwayat lain, perowinya adalah ‘Abdullah bin ‘Amr. Haditsnya dibawakan oleh Al ‘Iroqi dalam Takhrijul Ihya’ (1/310) dengan sanad hadits yang dho’if (lemah).

Baca Juga: Bandara Jember Tidak Diterbangi Pesawat, Kawasannya Dipakai Balap Liar

Kesimpulan: Hadits ini adalah hadits yang dho’if. Syaikh Al Albani dalam Silsilah Adh Dho’ifah no. 4696 mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang dho’if (lemah).

Setelah kita menyaksikan bahwa hadits yang mengatakan “tidur orang yang berpuasa adalah ibadah” termasuk hadits yang dho’if (lemah), sebenarnya maknanya bisa kita bawa ke makna yang benar.

Sebagaimana para ulama biasa menjelaskan suatu kaidah bahwa setiap amalan yang statusnya mubah (seperti makan, tidur dan berhubungan suami istri) bisa mendapatkan pahala dan bernilai ibadah apabila diniatkan untuk melakukan ibadah.

Baca Juga: Dennis Rodman Berharap Kabar Kim Jong Un Sakit hanya Humor Belaka

Sebagaimana An Nawawi dalam Syarh Muslim (6/16) mengatakan,

أَنَّ الْمُبَاح إِذَا قَصَدَ بِهِ وَجْه اللَّه تَعَالَى صَارَ طَاعَة ، وَيُثَاب عَلَيْهِ

“Sesungguhnya perbuatan mubah, jika dimaksudkan dengannya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala, maka dia akan berubah menjadi suatu ketaatan dan akan mendapatkan balasan (ganjaran).”

Baca Juga: Muncul Positif Covid-19 Asal Singojuruh Banyuwangi , Pria 82 Tahun

Jadi tidur yang bernilai ibadah jika tidurnya adalah demikian.

Ibnu Rajab pun menerangkan hal yang sama, “Jika makan dan minum diniatkan untuk menguatkan badan agar kuat ketika melaksanakan shalat dan berpuasa, maka seperti inilah yang akan bernilai pahala.

Sebagaimana pula apabila seseorang berniat dengan tidurnya di malam dan siang harinya agar kuat dalam beramal, maka tidur seperti ini bernilai ibadah.” (Latho-if Al Ma’arif, 279-280)

Baca Juga: Akhirnya!!, Huawei Resmi Luncurkan Watch GT2e Untuk Anak Muda

Intinya, semuanya adalah tergantung niat. Jika niat tidurnya hanya malas-malasan sehingga tidurnya bisa seharian dari pagi hingga sore, maka tidur seperti ini adalah tidur yang sia-sia.

Namun jika tidurnya adalah tidur dengan niat agar kuat dalam melakukan shalat malam dan kuat melakukan amalan lainnya, tidur seperti inilah yang bernilai ibadah.
Jadi ingatlah “innamal a’malu bin niyaat”, setiap amalan tergantung dari niatnya.

Baca Juga: Tarakota Kepala Manusia di Desa Bagorejo Diduga Wujud Sesajen

Semoga Allah menganugerahi setiap langkah kita di bulan Ramadhan penuh keberkahan.

Segala puji bagi Allah yang dengan segala nikmatnya, segala kebaikan menjadi sempurna. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam, wal hamdu lillahi robbil ‘alamin.

Baca Juga: Donald Trump Siap Kirim Ventilator ke 4 Negara Termasuk Indonesia

Editor: Dian Effendi

Sumber: hajinews.id

Tags

Terkini

Terpopuler