Ada yang mengatakan ia bisa terjadi kapanpun dari tanggal satu hingga tanggal 30 Ramadhan.
Ada juga yang berpendapat bahwa Lailatul Qadr hanya terjadi di salah satu malam di sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan.
Demikianlah pendapat yang dipilih oleh Imam Syafi’i.
Baca Juga: Tunjukkan Ratusan iPhone 6 Terpajang jadi Dekoratif Sebuah Pagar Rumah
Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid, pencetus awal ilmu ushul fiqh, imam besar di abad 2 H yang hingga kini banyak diikuti pendapat dan madzhabnya di berbagai penjuru dunia terutama di Indonesia.
Imam Syafi’i sebagaimana dikutip dalam kitab Hasyiyah al-Bajuri,- salah satu kitab rujukan utama dalam Madzhab Syafi’i,- mengatakan bahwa di antara sepuluh malam terakhir itu yang paling banyak bertepatan Lailatul Qadr adalah malam-malam ganjilnya yaitu malam 21, 23, 25, 27 dan 29.
Lebih lanjut, Imam Syafi’i mengatakan bahwa di antara malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir, yang paling bisa diharapkan adalah malam ke 21 dan malam ke 23.
Baca Juga: KA Reguler akan Dioperasikan Kembali Secara Bertahap, Era New Normal
Tentu pendapat tersebut merupakan pendapat pribadi Imam Syafi’i berdasarkan pencariannya terhadap Lailatul Qadr selama hidup beliau.
Memang bukan dari hadits tertentu, sehingga tidak bisa dijadikan rumus paten. Tetapi, pendapat seorang imam besar sekelas Imam Syafi’i ini tentu berdasarkan pemahaman beliau terhadap teks-teks agama dan juga pengalaman beliau pribadi.