RINGTIMES BANYUWANGI - KH. M. Ali Mansur merupakan pria kelahiran Jember, 4 Ramadhan 1340 H/23 Maret 1921 M. dari pasangan K. Manshur bin KH. M. Shiddiq Jember dan Shofiyah binti KH. Basyar dari Tuban.
Ia pernah menjadi ketua NU Cabang Blambangan, ketika NU di Kabupaten Banyuwangi pecah menjadi dua yakni Cabang Blambangan dan Cabang Banyuwangi.
Sholawat Badar yang beliau gubah dipopulerkan ke berbagai wilayah untuk menandingi lagu himne PKI “Genjer-genjer” *) dan untuk membangkitkan semangat juang melawan PKI, sampai akhirnya PKI dapat ditumpas pada tahun 1965.
Baca Juga: Harga Emas Hari Ini Senin, 24 Agustus 2020, UBS Masih Stabil di Angka Rp 1.075.000 per gram
Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari NU Online, KH. Ali Mansur Siddiq terinspirasi dari sebuah kitab yang berjudul Mandzumah Ahl al-Badar al-Musamma Jaliyyat al-Kadar fi Fadhail Ahl al-Badar karya al-Imam as-Sayyid Ja’far al-Barzanji. Dan sebelum menulis syair shalawat Badar Kiai Ali bermimpi didatangi manusia-manusia berjubah putih bersorban hijau.
Pada suatu malam, Kiai Ali tidak bisa tidur. Hatinya merasa gelisah karena memikirkan situasi politik yang semakin tidak menguntungkan NU.
Orang-orang PKI semakin leluasa mendominasi kekuasaan dan berani membunuh kiai-kiai di pedesaan. Karena memang kiailah pesaing utama PKI di tempat itu.
Baca Juga: Azab yang Didapat Paman Nabi Muhammad Saw dalam Surah Al-Lahab
Sambil terus merenung, Kiai Ali terus memainkan penanya di atas kertas, menulis syair-syair dalam Bahasa Arab. Dia memang dikenal mahir membuat syair sejak masih belajar di Pesantren Lirboyo, Kediri.
Kegelisahaan Kiai Ali berbaur dengan rasa heran, karena malam sebelumnya dia bermimpi didatangi para habib berjubah putih-hijau. Semakin mengherankan lagi, karena pada saat yang sama istrinya mimpi bertemu Rasulullah Saw.