Cina Terserang Corona, Bali Waspada Flu Babi

9 Februari 2020, 19:48 WIB
RATUSAN bayi babi di Pulau Bali mati karena virus ASF, atau flu babi.* /REUTERS/

RINGTIMES – Jika Tiongkok dipusingkan virus corona, Pulau Bali siaga dengan wabah flu babi yang menyerang ternaknya.

Saat ini para peternak babi di Bali sudah merasa khawatir dengan banyaknya ternak mereka yang mati.

"Para peternak babi saat ini merasa resah dan khawatir, sebab serangan dari wabah ASF datangnya mendadak. Dan jika sudah tertular ternak babi tersebut akan mati," kata Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali Nyoman Suyasa, Jumat, 7 Februari 2020.

"Saya harapkan pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan agar terus melakukan pemantauan di lapangan, karena semakin merebak wabah demam babi afrika," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa pemantauan ke lapangan sangat penting, karena jika hanya menunggu laporan masyarakat akan lambat penanganannya.

Dari populasi babi sekitar 690.000 ekor, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali menyatakan hingga awal Februari 2020 ini, sebanyak 808 ekor ternak babi mati akibat terkena African Swine Flu (ASF).

Baca Juga: Astaga, Tiktok Dituduh Tiru Desain Instagram

Kepala Dinas Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana menjelaskan bahwa sebab kematian babi, diperoleh dari sampel yang diambil.

"Jadi telah terjadi kasus kematian babi massal yang pertamanya terjadi di Pesanggaran kemudian ada di Denpasar, Badung, kira - kira itu pertengahan Desember. Jadi segera diambil sampelnya karena sebelumnya itu masih ragu penyebabnya apa. Selain itu, memang penyakit babi mati rata - rata sama gejalanya," kata Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, seperti dilansir Antara.

Ia menjelaskan bahwa pengambilan sampel ini diambil dari jumlah babi yang mati sekitar 5-10 persen. Sampelnya berupa darah, daging dan feses yang diambil oleh Balai Besar Veteriner Denpasar.

"Karena peralatannya terbatas dikirimlah ke Balai Veteriner Medan, kemudian dikirim lagi ke Jakarta sehingga agak lama, dan seminggu lalu sudah menerima informasi dari BBVet bahwa kematian babi di Bali ini memang disebabkan oleh ASF atau demam babi afrika, kenapa terjadi ya karena populasi babi di Bali ini banyak sekali," ucapnya.

Penyebaran ASF karena kontak langsung dengan babi liar atau babi lain yang terinfeksi. Konsumsi pakan yang terkontaminasi juga menjadi jalan penularan virus tersebut.

Baca Juga: Cara Sederhana Kompress File PDF, Baca Tipsnya

Pada umumnya babi yang terinfeksi ASF mengalami demam tinggi, depresi, anoreksia atau kehilangan nafsu makan, perdarahan pada kulit, sianosis (munculnya warna kebiruan pada kulit), muntah, hingga diare.

Kepala Dinas Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana menyarankan bahwa dalam rangka pemberian pakan, makanannya harus sehat, jika memberikan makanan dari limbah hotel, restoran dan limbah rumah tangga supaya dimasak dengan baik, karena penularannya bisa melalui makanan dan kontak langsung kemudian tetap menjaga kebersihan kandangnya.

Ia menuturkan bahwa masyarakat khususnya peternakan di Bali juga turut dibantu oleh Pengusaha Babi se-Bali dan membantu sosialisasi supaya jika ada ternak mati agar melapor dan menjaga kebersihan kandang.

Selain itu apabila ada babi yang mati agar segera dikubur jangan dijual, jangan juga dibuang ke sungai.

"Kita menduga pertama terjangkitnya babi itu pada peternakan - peternakan yang memberikan babinya makanan sisa, kemungkinan dari sampah restoran yang belum dimasak dengan baik," katanya. (NRP/DEF)

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler