Ungkap Penyebab Hilangnya KRI Nanggala-402, Purn Aji Soelarso: Tidak Terjadi Blackout

- 27 April 2021, 16:24 WIB
Kol (L) Purn Aji Soelarso menyatakan tidak terjadi blackout pada KRI Nanggala 402 tetapi kapal selam menukik tajam.
Kol (L) Purn Aji Soelarso menyatakan tidak terjadi blackout pada KRI Nanggala 402 tetapi kapal selam menukik tajam. /Tangkapan layar YouTube/Akbar Faizal Uncensored/

RINGTIMES BANYUWANGI – Mantan Kepala Kamar Mesin, Kol (L) Purn Aji Soelarso menyampaikan bahwa seharusnya KRI Nanggala-4022 melakukan latihan terlebih dahulu sebelum melakukan latihan yang sebenarnya.

Purn Aji Soelarso mengatakan bahwa latihan yang digunakan oleh KRI Nanggala-402 adalah torpedo kepada latihan. Ia juga mengatakan kalau torpedo itu jenisnya ada dua.

"Torpedo ada dua jenis, kepala latihan dan kepala perang. Makanya di situ ada satu buah sekoci yang standby untuk akan mengikuti gerakan dari torpedo latihan ini," kata Purn Aji Soelarso, sebagaimana dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dan dikutip Ringtimesbanyuwangi.com dari kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored pada Selasa, 27 April 2021.

Untuk mengetahui nyala pergerakan kapal selam tersebut ada dimana, nanti akan muncul sebuah tanda.

Baca Juga: Duka KRI Nanggala-402 Belum Usai, Mbak You Kembali Ramal Kecelakaan Pesawat di Pertengahan 2021

Hal itu terjadi untuk mengetes apakah torpedo sudah bisa digunakan dengan  bagus atau tidak.

Selain itu, dirinya juga menambahkan bahwa perlu untuk menggunakan kepala pelatigan agar bisa melihat apakah sistem penembakan dapat berfungsi dengan baik atau tidak.

Sayangnya, proses menuju menyelam ini yang akhirnya menyebabkan timbulnya masalah.

"Pada waktu kapal diselamkan, ditunggu-tunggu kok tidak ada laporan, sekian menit tak terlalu lama langsung hilang," ucap Aji Soelarso.

 

Baca Juga: Istri Awak Nanggala-402 Ungkap Pesan Terakhir Sang Suami, Bupati Banyuwangi: Sabar, Ikhlas ya Mbak

Dia mengatakan bahwa menurut laporan yang diberikan, hanya lampu yang terlihat semakin lama semakin hilang namun tidak ada tanda-tanda dari KRI Nanggala 402.

"Dan tidak ada gelembung udara yang keluar. Artinya dugaan teknis teknologi penyelaman ini adalah kapal menyelam kalau memang dengan statis atau dinamis bagi saya tidak penting," jelasnya.

Namun yang perlu diperhatikan adalah tangki pemberat pokok, yaitu ketika pembebanan dengan mengisi air. Grup yang terbesar dalam tangki pemberat pokok adalah grup depan.

Dia memaparkan, bahwa stabilitas dari kapal selam selalu, dikarenakan adanya muatan torpedo jadi bagian depan memang paling ringan, sehingga tangki pemberat volumenya paling besar.

Baca Juga: Poseidon Dikirim untuk Bantu Pencarian KRI Nanggala-402, Pentagon: Berbahaya dan Melelahkan

Akan tetapi, pada saat membuka kartu bersamaan tangki yang paling depan itu terisi terlalu banyak, dan akhirnya kapal selam menukik.

"Karena terlalu banyak kapal menukik. Kapal menukik terlalu cepat, kalau sudutnya sudah lewat di atas 45 derajat misalnya, maka personil sudah berantakan dari posisi, maka akan terus ke depan," ucap Aji Soelarso.

Dia menyampaikan di dalam kapal selam tidak ada sabuk pengaman, tetapi kru duduk memegangi pos tempur mereka masing-masing yang notabene sebenarnya ada enam grup tangki pemberat pokok.

"Enam grup TPP itu ada katup udara untuk membuka udara luar sehingga kapal ambles, dan ada katup udara untuk melepaskan sehingga kapal naik," ujarnya.

Baca Juga: Sebut Pendoa Awak Nanggala 402 Masuk Neraka itu Biadab, Gus Umar Minta Polri Segera Menangkapnya

Dalam filosofi kapal selam manapun, disebutnya, menyelam itu lebih sulit dibandingkan untuk timbul ke daratan, karena memang lebih mudah.

Sebelumnya dia mencontohkan proses kapal selam masuk ke bawah air itu seperti teori Archimedes, dengan gelas yang dibalik dan dipaksa masuk ke air dan memang terasa berat dan sulit jika tidak seimbang.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiranrakyatbekasi.com dengan judul Bukan Blackout, Purn Aji Soelarso Sebut Nanggala 402 Menukik Tajam karena Kebablasan saat Proses Menyelam

Jika dalam proses itu terjadi kebablasan, seperti kapal selam yang sudah dalam posisi seimbang di tengah laut dia berdiri, tetapi begitu salah satu sisi tidak seimbang atau cenderung berat sebelah maka akan langsung bablas.

Kejadian itu yang menurutnya merupakan skenario paling rasional dalam insiden KRI Nanggala 402. Dia menuturkan bukan karena terjadi blackout.

"Karena blackout itu sudah mempunyai lampu emergency yang akan langsung menyala otomatis, dan blackout itu orang masih bisa berpegangan. Karena katupnya itu dipegang terus oleh pos tempur, terutama katup untuk mengamankan kapal," katanya.

"Ini menurut saya tidak sempat, karena saking cepatnya itu," tandas Aji Soelarso.*** (M Hafni Ali Fahmi/Pikiran Rakyat Bekasi)

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x