Mari Simak Kisah Penjahit Disabilitas di Tengah Pandemi COVID-19

- 26 April 2020, 21:10 WIB
PENJAHIT mengerjakan pekerjaannya di salah satu konveksi kaos di Jalan Manisi, Kota Bandung, Senin (13/4/2020). UMKM diusulkan memperoleh kemudahan kredit di tengah pandemi Covid-19.*
PENJAHIT mengerjakan pekerjaannya di salah satu konveksi kaos di Jalan Manisi, Kota Bandung, Senin (13/4/2020). UMKM diusulkan memperoleh kemudahan kredit di tengah pandemi Covid-19.* /ARIF HIDAYAH/PR/

RINGTIMES - Mewabahnya virus corona membuat salah seorang penjahit penyandang disabilitas yang tergabung dengan Komunitas Difabel Ampel (KDA) di Boyolali, Jawa Tengah mengaku kebanjiran pesanan masker.

Awalnya, Sardi (47) menjelaskan, ia membuat model masker dengan kain perca atau bahan-bahan sisa dari guntingan pakaian untuk dibagikan ke teman-teman disabilitas lainnya dan masyarakat sekitar secara gratis.

Dengan seiring waktu berjalan, masker sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak.
"Kami bersama penjahit disabilitas lainnya kemudian mendapatkan pesanan dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan, sejumlah instansi, Pemdes, dan lainnya banyak yang memesan hasil karyanya," ujar Sardi.

Baca Juga: Benarkah Tidurnya Orang Puasa Itu Ibadah?, Berikut Penjelasannya

Oleh karena itu, Sardi langsung memproduksi masker dengan bahan kain perca sebanyak-banyaknya. Dengan kapasitas produksi setiap penjahit rata-rata bisa 200 hingga 300 buah per hari.

Namun, kata Sardi, dirinya tidak mampu jika melayani banyak pesanan hingga ribuan masker dikerjakan sendiri, sehingga dengan meminta bantuan teman-teman warga disabilitas untuk menjahit di rumahnya masing-masing.

"Saya yang mengantarkan bahan kainnya ke rumah masing-masing. Jika masker sudah jadi saya ambil ke rumah mereka. Kami pekan lalu mendapat pesanan 3.500 buah masker, dan pekan ini meningkat hingga 5.000 buah," tutur Sardi.

Baca Juga: Sempat Dinyatakan Positif, Pria Singojuruh Diumumkan Negatif Covid-19

Menurut dia, dirinya merasa senang bisa membantu sesama untuk berkarir. Dirinya juga membuka pelatihan kerajinan bagi warga disabilitas di rumahnya secara gratis.

"Kami membuat masker itu, hanya dijual Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per buah. Saya berharap wabah COVID-19 ini, segera berakhir, sehingga aktivitas masyarakat kembali bergairah," imbuhnya.

Menurut Sumarno Punto (64) penjahit lainnya juga merasa senang ketika ikut menjahit masker di tengah wabah COVID-19, dan hasilnya bisa untuk kebutuhan sehari-hari. Karena, selama wabah ini, tidak ada pelangganya yang menjahitkan pakaian.

Baca Juga: Akhirnya, Ramadhan Hadir Menjadi Fase untuk Menyegarkan Jiwa

"Saya senang bisa membantu membuat masker untuk masyarakat. Saya bisa menjahit masker rata-rata 100 buah per hari," jelasnya.

Menurut dia, masker pesanan tersebut oleh pemesan juga akan dibagikan ke masyarakat secara gratis. Pesanan tidak hanya di Boyolali saja, tetapi juga Kota Salatiga.

Editor: Dian Effendi

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah