Swab Masal Segera Eksekusi, Akibat dari Imbas PSBB Tak Efektif

- 11 Mei 2020, 11:45 WIB
Ilustrasi proses swab test
Ilustrasi proses swab test //Dok Humas Pemprov Jabar.

RINGTIMES BANYUWANGI  - Kini fase puncak pandemi Virus Corona atau covid-19 di Kota Depok mundur hingga bulan Juni setelah sebelumnya diprediksi terjadi pertengahan Mei 2020.

Karena Mundurnya fase puncak pandemi COVID-19 di Depok lantaran pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masih tidak efektif mencegah penularan di tengah tingginya antusiasme warga untuk terus berkerumun.

Bahkan Prediksi ini disampaikan Ketua Gugus Tugas Ikatan Dokter Indonesia Kota Depok, dr Alif Noeriyanto Rahman kepada RINGTIMES BANYUWANGI  saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Sabtu, 10 Mei 2020.

Baca Juga: Taufik Hidayat Terjebak dalam Pusaran Kasus Korupsi?Cek Faktanya

Sumber Berjudul : Puncak Virus Corona Kota Depok Mundur Juni Imbas PSBB Tak Efektif, Swab Massal Segera Eksekusi

"Puncak pandemi yang kita perkirakan di pertengahan Mei bisa mundur ke Juni," kata dr. Alif Noeriyanto.

dr Alif menuturkan saat ini aturan PSBB di Depok khususnya dan Jabodetabek pada umumnya masih sangat longgar.

Belum lagi masih ada warga yang mudik karena lolos dari penjagaan aparat di perbatasan, lokasi check point.

Baca Juga: Kini, Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Penjualan Daging Babi di Pasar

Menurutnya saat ini aturan mudik juga rentan dilanggar lantaran tidak dapat dipungkiri bahwa bukti di lapangan mobilitas warga yang mudik masih banyak.

"Kita berhitung bahwa berita terakhir itu ada 6000 kendaraan mudik (tentu) itu bukan angka kecil dari jabodetabek (bayangkan) kalau ada 2 orang saja (dalam satu kendaraan) mudik, berapa?. Belum lagi yang pulang itu yang ketahuan pake mobil, belum motor belum yang lainnya," ujarnya.

Terlebih menurutnya pada Bulan Mei bertepatan dengan masuknya hari raya Idul Fitri 2020 yang akan menyebabkan tingginya transaksi yang dilakukan warga di tempat-tempat umum seperti di pasar-pasar.

Baca Juga: Bangkit Kembali! Tiongkok Melaporkan Kasus Baru yang Bertambah

Dalam pandangannya, PSBB yang longgar ini membuat masyarakat tidak takut untuk tetap berkegiatan di tempat umum.

Terlebih masih adanya sektor usaha yang masih beroperasi di luar pengecualian.

Sementara di sisi lain, kepala daerah tidak memiliki kapasitas untuk menutup sektor-sektor usaha yang masih beroperasi tersebut.

Baca Juga: PSBB Disejumlah Daerah Dihentikan? Begini Ucap Dedy Mulyadi

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memang dari awal sudah berpandangan bahwa jalan yang terbaik untuk memutus penularan adalah dengan karantina wilayah.

"Makanya juni puncaknya karena interkasi masyarakat yang terlalu rapat dan padat sehingga tidak mempedulikan physical dsitancing," lanjutnya.

Swab Massal Segera Eksekusi

Oleha karena itu, dr Alif mengatakan jalan untuk mempercepat penanganan kasus covid-19 dengan melakukan swab massal.

Baca Juga: Penasaran, Warga di Jawa Timur Dibuat Heboh Suara Ledakan Keras

Pemkot Depok tidak perlu ragu dan takut bisa memperoleh kasus positif yang banyak setelah adanya swab massal karena dari tes tersebut pemerintah mengambil tindakan lebih lanjut.

"Kalau hanya mengandalkan PSBB yang kurang efektif dan rapid test yang hasil sensifitasnya hanya 30 persen maka hanya akan memperpanjang masalah dan bencana," tuturnya.

Kasus Positif Belum Landai

Lembaga riset kebijakan publik, Urban Policy menilai pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar di Kota Depok masih lemah.

Baca Juga: Terpapar Virus Corona Usai Shalat Berjamaah?Begini Selengkapnya

Penilaian ini berangkat dari hasil kajian mereka yang menunjukkan bahwa ada lebih sembilan orang setiap harinya di Kota Depok yang masih terjangkit Virus Corona.

Direktur Eksekutif Urban Policy, Nurfahmi Islami Kaffah menyebutkan penelitiannya membandingkan angka riil pergerakan kasus positif Kota Depok dengan tiga skema sekenario kebijakan meliputi penanganan lemah, moderat dan ketat.

Hasilnya bahwa kebijakan penanganan covid-19 di Kota Depok masuk kategori kebijakan moderat yang cenderung lemah.

Baca Juga: Datang dari Negara Terkaya!, Rela Antri Sejak Pagi Demi Sebuah Makanan

Adanya tren penambahan kasus positif di enam hari pertama pada PSBB tahap pertama dan kedua di kota Depok dengan rata-rata penularan berjumlah 9,67 orang terjangkit corona selama PSBB tahap pertama menjadi salah satu indikatornya.

Sedangkan di fase awal PSBB Kota Depok pada tahap kedua tercatat rata-rata 9,16 orang terinfeksi corona setiap harinya.

Belum lagi data yang menunjukkan adanya fase puncak penularan di masing-masing pelaksanaan PSBB baik tahap pertama atau kedua.

Baca Juga: Benarkah Sule Pamit Undur Diri dari Dunia Hiburan?, Simak Faktanya

Pada hari kedelapan PSBB tahap pertama penambahan kasus positif mencapai 24 orang dalam sehari, sementara fase puncak di PSBB tahap kedua terjadi di hari kedua dengan penambahan 23 kasus pasien positif.

"Kebijakan PSBB di Kota Depok ini memerlukan serangkaian perbaikan serius agar aktivitas mobilitas penduduk dapat ditekan dan penularan virus covid-19 juga dapat diminimalisasi," kata Nurfahmi.

Berdasarkan data yang dihimpun dari crisis center covid-19 Kota Depok di ccc-19.depok.go.id, sepanjang tanggal 7 Mei sampai 9 Mei 2020 penambahan kasus positif terus bergerak naik dari 7-9 orang.

Baca Juga: Meski Hanya Via Daring, Khoo Akhirnya Bisa Bertemu Duwi Pengasuhnya

Sementara untuk kasus orang tanpa gejala, orang dalam pemantauan, dan pasien dalam pengawasan penambahannya bisa mencapai puluhan bahkan belasan orang dalam sehari.(Penulis: Sophia Tri Rahayu) 

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: Pikiran Rakyat Depok


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah