Network
RINGTIMES BANYUWANGI - Desainer asal Bandung yang juga berprofesi sebagai dokter gigi, Anggiasari Mawardi, merancang sendiri Alat Pelengkap Diri (Medical Suits) untuk tenaga medis. APD tersebut terdiri dari coverall, surgical suits, dan seragam baju ruangan dokter serta perawat.
"Awalnya, keesemuanya itu akan saya gunakan sendiri ketika saya mendapat konsul pasien emergency.Namun ternyata apa yang saya lakukan ini mendapat respon luar biasa dari teman seprofesi di kedokteran dan kedokteran gigi," ucap Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi (Saluran Akar Gigi) ini kepada Pikiran Rakyat, Jumat, 15 Mei 2020.
Desainer yang juga sedang menempuh tugas akhir di Islamic Fashion Institute ini mengatakan, tidak terlalu sulit bagi dirinya untuk memproduksi medical suits dan masker sesuai dengan standar kesehatan.
Baca Juga: Rolls-Royce Raffi Ahmad Dijadikan Tempat Jemur Kasur dan Rengginang
Hal itu didasari oleh Standard Operational Prosedure (SOP) untuk penanganan pasien Covid-19.
APD yang dibuat Anggia terdiri atas coverall suits yang berfungsi sebagai pakaian dan alat proteksi untuk melindungi diri dari kotoran, bakteri, dan virus.
Coverall bersiluet H dan I ini berupa jumpsuit yang memiliki kapucon, serta karet elastis pada bagian tangan, kaki, dan pinggang belakang.
Baca Juga: Sadis! Seorang Wanita Dibakar Hidup-hidup Oleh Temanya Sendiri
Seperti kami kutip dari artikel berjudul Direspon Luar Biasa, APD yang Dirancang Anggiasari untuk Dipakai Sendiri Akhirnya Diproduksi Banyak
Detail coverall mempunyai bukaan depan berupa restleting panjang dengan penutup.
Material yang digunakan terbagi menjadi dua, yakni untuk yang sekali pakai (disposable) berbahan dasar non woven polypropylene. Sedangkan yang dapat digunakan kembali berbahan dasar woven polyester.
"Coverall harus dibuat sangat longgar, karena akan digunakan berlapis bersama baju bedah, baju ruangan dan apron," ucap Anggia, yang juga merupakan anggota Indonesian Fashion Chamber (IFC) Bandung Chapter ini.
Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Jack MA Sebut 2020 Tahun Bertahan Hidup?
Sementara itu, ia juga memproduksi baju bedah yang berfungsi sebagai proteksi di ruangan bedah, atau pada kasus emergensi dan kedaruratan.
Baju bedah itu mempunyai siluet H dan I, cenderung over size dan memiliki elastisitas di bagian pergelangan tangan untuk melindungi tubuh dari paparan percikan darah, serta menghindari mudah terlepasnya dari tubuh.
Baju bedah memiliki panjang dari leher hingga menutupi bagian atas dari sepatu boot. Material yang digunakan berbahan dasar non woven propylene untuk yang sekali pakai (disposable), serta berbahan katun tebal untuk yang dapat digunakan kembali.
Anggia juga merancang baju ruangan untuk dokter dan perawat, berupa baju setelan yang menjadi busana dasar (dikenakan paling dalam) dari pelindung diri.
Baca Juga: Karena Marah, Trump Bisa Saja Menolak Permohonan Visa Pelajar Tiongkok
Baju ini memiliki Siluet H dan I, berlengan pendek pada umumnya, serta terdiri dari celana panjang dengan pinggang bertali serut.
Materialnya tidak mudah sobek dan tebal, seperti katun tebal. Pembuatannya menggunakan teknik minimal sewing, dan bersifat tidak steril serta dapat dipakai berulang (reusable).
Masker
Lulusan Universitas Padjadjaran Angkatan 1999 ini menuturkan, selain APD, ia juga berinisiatif membuat masker kain yang digunakan untuk praktik.
Baca Juga: Konyol!, Pinjam Mobil Raffi Ahmad Hanya Dijadikan Tempat Jemur?
Masker kain non bedah itu digunakan untuk melindungi membran mukosa hidung dan mulut terhadap droplet atau aerosol.
"Masker yang diproduksi berbahan dasar katun 100%, ada yang dilapisi oleh waterproof material dan antirepellent.Sehingga masker yang dibuat ada yang one layer, two layers, dan three layers. Masker dibuat sesuai kebutuhan, ada yang dengan earloops dan ada yang dibuat untuk pengguna hijab," kata Anggia.
Masker yang dibuat tersebut terdiri dari empat warna, yaitu hitam, biru navy, toska muda, dan putih.(Penulis: Galih Ferdiansyah)
Baca Juga: Berikut, Tata Cara Shalat Lailatul Qadar Lengkap yang disertai Doa
