Dari ratusan vaksin, hanya enam yang telah memasuki uji klinis dan 70 lainnya masih menjalani evaluasi praklinis. Uji klinis merupakan tahapan vaksin dapat diuji coba ke manusia.
Baca Juga: Benarkah Presiden Jokowi Saksikan Siksa Kubur Ibundanya? Cek Faktanya
Menurut dokumen yang disusun WHO, beberapa vaksin yang diuji untuk Covid-19 telah digunakan untuk penyakit sejenis seperti MERS, SARS, Influenza, Tuberkulosis, dan beberapa penyakit lain, seperti Ebola, Chikungunya, Zika, MenB, Flu A, Hepatitis C, dan H7N9.
Merujuk pada dokumen yang sama, produsen vaksin merupakan perusahaan bioteknologi dan institut yang beberapa di antaranya berasal dari Tiongkok, Inggris, Amerika Serikat, Swedia, Jepang, Kanada, Italia, India, Jerman, Spanyol, dan Rusia.
Di Indonesia sendiri, salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Bio Farma juga berupaya mengembangkan vaksin.
Baca Juga: IsDB Akan Berikan Hibah Sebesar US $265.000 kepada Kementerian Perhubungan
Menurut penuturan Direktur Operasi PT Direktur Operasi PT Bio Farma, M, Rahman Roestan, BUMN tersebut bekerja sama dengan lembaga riset dalam negeri melalui konsorsium nasional Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT), Lembaga Eikjman, serta lembaga riset luar negeri.
"(Salah satu, red) pendekatan untuk pengembangan vaksin Covid-19 ini yang pertama adalah mencari partner (mitra, red) dari luar negeri untuk mendapatkan transfer teknologi," kata Rahman.
Baca Juga: Benarkah Virus Corona Bisa Menular Lewat Udara? Cek Faktanya
"Kita bekerja sama dengan institut riset, salah satunya dengan CEPI (Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi) di Norwegia.