Menanggapi hal ini, Twitter menolak untuk berkomentar, pihaknya juga tidak menyebutkan jumlahnya menurun sebelum peretasan atau sejak saat itu.
Perusahaan sedang mencari kepala keamanan baru untuk bekerja lebih mengamankan sistemnya dan melatih karyawan untuk melawan trik dari orang luar.
Baca Juga: Berikut Tren Kacamata Fashionable di Tahun 2020, yang Bisa Kamu Gunakan untuk Kegiatan Sehari-hari
"Kedengarannya seperti ada terlalu banyak orang dengan akses," kata Edward Amoroso selaku mantan kepala petugas keamanan di AT&T.
Pakar keamanan siber mengatakan ancaman orang dalam, terutama staf pendukung yang dibayar rendah adalah kekhawatiran bagi perusahaan yang banyak melayani pengguna.
Mereka juga mengatakan bahwa semakin besar jumlah orang yang dapat mengubah pengaturan kunci, maka pengawasan harus lebih kuat.***(Julkifli Sinuhaji/pikiran-Rakyat)