Biografi Douwes Dekker, Darah Eropa Yang Memperjuangkan Hak Pribumi

- 28 Agustus 2020, 17:45 WIB
Ernest Douwes Dekker, jurnalis berdarah eropa yang termasuk pejuan kemerdekaan
Ernest Douwes Dekker, jurnalis berdarah eropa yang termasuk pejuan kemerdekaan /

RINGTIMES BANYUWANGI -Ernest Douwes Dekker merupakan salah satu pejuang dalam pergerakan nasional Indonesia dan merupakan keturunan Eropa-Indonesia.

Nama lengkapnya adalah Ernest François Eugène Douwes Dekker dan terkenal dengan nama samaran Dr Danudirja Setiabudi yang merupakan nama pemberian Soekarno.

Ernest Douwes Dekker lahir di Pasuruan pada tanggal 8 Oktober 1879 ketika Belanda masih menancapkan kekuasaanya di Indonesia.

Baca Juga: Lirik lagu Dangdut Hujan oleh Erie Suzan

Ia terlahir dari pasangan berdarah campuran. Ayahnya merupakan keturunan campuran Portugis dan Perancis sedangkan ibunya campuran antara Jerman dan Jawa.

Beliau adalah salah seorang pencetus dasar-dasar Nasionalisme Indonesia pada awal abad ke-20.

Ernest Douwes Dekker merupakan penulis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah penjajahan Hindia Belanda, wartawan, aktivis politik, serta penggagas nama Nusantara sebagai nama untuk Hindia Belanda yang merdeka.

Douwes Dekker adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia, selain Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantoro.

Baca Juga: Cerita Dongeng Anak dan Pesan Moral

Pendidikan dasar Ernest Douwes Dekker, ditempuh ketika ia berada di Pasuruan, kemudian sekolah lanjutan pertama ia tempuh di HBS di Surabaya.

Belum selesaidari HBS di Surabaya, Ernest Douwes Dekker memutuskan untuk berpindah ke Gymnasium Koning Willem III School, sekolah setingkat HBS di Batavia.

Sesudah lulus sekolah ia bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di daerah Malang, Jawa Timur milik bangsa Belanda.

Di sana ia menyaksikan perlakuan semena-mena yang dialami pekerja kebun, ia sering membela para pekerja, sehingga tindakannya itu membuat ia kurang disukai rekan-rekan kerja namun disukai pegawai-pegawai bawahannya.

Baca Juga: Dikabarkan Mundur Akibat Kesehatannya Memburuk, Ini Pengakuan PM Jepang Shinzo Abe

Akibat dari konflik dengan manajernya, Ernest Douwes Dekker dipindah ke perkebunan tebu "Padjarakan" di Kraksaan sebagai laboran.

Namun berulang sekali lagi, Ernest Douwes Dekker terlibat konflik dengan manajemen karena urusan pembagian irigasi untuk tebu perkebunan dan padi petani, hingga akhirnya ia dipecat.

Gema perlawanan Perang Boer menggugah Ernest Douwes Dekker untuk turut bergabung dalam perlawanan para petani di Republik Tranvaal, Afrika Selatan.

Setelah kehilangan pekerjaannya di Soember Doeren dan Pabrik Pajarakan, Ernest Douwes Dekker bersama kedua saudaranya, Julius dan Guido berniat bergabung menjadi sukarelawan dalam Perang Boer.

Baca Juga: Rekomendasi Video Lucu 2020 Wajib Kamu Tonton

Douwes Dekker kemudian kembali ke Hindia Belanda (Indonesia) tahun 1902. Ia kemudian bekerja sebagai seorang wartawan di koran bernama De Locomotief, karena keahliannya dalam membuat laporan mengenai peperangan.

Tahun 1903, ia kemudian mempersunting seorang wanita keturunan Jerman-Belanda bernama Clara Charlotte Deije yang memberinya lima orang anak.

Selama menjadi wartawan di koran De Locomotief, ia banyak mengangkat mengenai kasus kelaparan di wilayah Indramayu.

Tulisan-tulisannya sebagai jurnalis banyak mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial, tindakannya tersebut membuat Douwes Dekker menjadi target dari inteljen pemerintah kolonial Belanda.

Baca Juga: Lirik lagu K-pop Ice Creem, Blackpink Feat Selena Gomez

Douwes Dekker juga memberikan tempat tinggalnya saat itu sebagai tempat untuk berkumpulnya para kaum pergerakan ketika itu seperti Sutomo dan Cipto Mangunkusumo.

pada tanggal 25 Desember 1912, Douwes Dekker bersama Suwardi Suryaningrat dan dr. Cipto Mangunkusumo kemudian mendirikan sebuah partai politik yang berhaluan nasionalis pertama yang bernama Indische Partij.

Berkembang pesatnya Indische Partij sebagai partai politik nasional pertama membuat pemerintah Belanda kemudian mencurigai gerak-gerik dari partai ini.

Ada yang menuduh partai ini anti-kolonial dan bertujuan agar Indonesia dapat merdeka dari tangan Belanda sehingga di tahun 1913, Partai Indische Partij akhirnya dibubarkan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Baca Juga: Indonesia Bangga, Mario Suryo Aji Siap Turun di Ajang Balap FIM CEV Moto3 2020

Setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaan, Douwes Dekker kemudian mengisi posisi penting sebagai menteri negara di kabinet Sjahrir III meskipun hanya 9 bulan saja.

Tanggal 21 Desember 1948 ketika agresi militer Belanda terhadap Indonesia, Douwes Dekker ditangkap oleh Belanda dan kemudian di interogasi dan dikirim ke Jakarta.

Namun karena kondisi fisiknya yang sudah renta dan berjanji tidak akan terjun lagi ke dunia politik, Douwes Dekker kemudian dibebaskan dan ia kemudian tinggal di Bandung di wilayah bernama Lembangweg.

Pada tanggal 28 agustus 1950, Douwes Dekker akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, namun di batu nisan makamnya tertulis ia wafat pada tanggal 29 agustus 1950.

Baca Juga: Ditengah Wabah Panyakit, Berikut ini Kumpulan Doa untuk Orang yang Sakit

Ernest Douwes Dekker kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.

Untuk menghormati jasa-jasanya, namanya yag lebih dikenal sebagai Setiabudi' diabadikan sebagai nama jalan di Bandung dan kemudian nama tempat di wilayah Jakarta.

Dan pemerintah Indonesia melalui presiden Soekarno pada tanggal 9 november 1961 mengeluarkan Kepres No.590 tahun 1961 mengenai penetapan Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi sebagai Pahlawan Nasional.***

 

 

 

 

Editor: Dian Effendi

Sumber: E-Journal USD - Universitas Sanata Dharma


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah