Baca Juga: Mantap Nikah Muda, Siswa SMP Ini Hanya Kenalan Lewat HP dan Pacaran Cuma 4 Hari
Hasil pengolahan data yang digunakan sebagai model simulasi numerik tinggi tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, apabia terjadi gempa besar.
Area tersebut dapat berpotensi menjadi sumber gempa di masa mendatang, jika deformasi GPS yang diamati lebih kecil daripada laju gerak lempeng (defisit slip).
Widiyantoro menjelaskan bahwa pendekatan dan asumsi yang digunakan dalam studi ini serupa dengan yang digunakan untuk penelitian Palung Nankai di Jepang.
Dengan mengadopsi asumsi tersebut, area laju gerak lempeng yang tinggi tadi berpotensi pecah secara bersamaan atau terpisah saat terjadi gempa.
Baca Juga: Ramai-ramai Serang China, Negara Eropa Dukung Indonesia Tolak Klaim Nine Dash Line China
Luas zona defisit slip di selatan Jawa Barat setara gempa bumi dengan magnitudo 8.9, juga dengan asumsi periode ulang gempa 400 tahun sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya.
Sedangkan zona dengan defisit slip tinggi di bagian timur setara dengan gempa bermagnitudo 8.8 untuk periode ulang yang sama.
"Sedangkan jika kedua zona defisit slip tersebut pecah dalam satu kejadian gempa, maka akan dihasilkan gempa dengan kekuatan sebesar Mw 9.1," ucap Widiyantoro.
Tim melakukan pemodelan tsunami dengan tiga skenario untuk memperkirakan potensi bahaya tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa.