Ancaman Gempa Magnitudo 9,1 dan Tsunami 20 meter di Selatan Jawa, BMKG Ungkapkan Fakta

- 28 September 2020, 15:30 WIB
ILUSTRASI catatan gempa bumi.*
ILUSTRASI catatan gempa bumi.* /zonapriangan.com/PIXABAY

RINGTIMES BANYUWANGI – Kabar yang beredar beberapa saat lalu yang menyebut bahwa Pulau Jawa dan sekitarnya berpotensi dilanda tsunami setinggi 20 meter di wilayah Selatan telah membuat heboh publik.

Diperkirakan gelombang tsunami hanya butuh waktu berkisar 20 menit untuk sampai hingga bibir pantai.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memberikan tanggapan terkait hasil riset ITB tersebut dan mengungkapkan bahwa salah satu peneliti BMKG, Dr. Pepen Supendi terlibat langsung dalam penelitian, terutama dalam pengolahan data dan analisis seismisitasnya.

Dwikorita kemudian menjelaskan riset merupakan multidisiplin data, ilmu, dan lintas instansi untuk mengkaji potensi gempa bumi di zona seismic gap pada sumber terjadinya gempa Megathrust yakni di Selatan Jawa.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Galamedianews.com dengan judul Heboh Gempa Magnitudo 9,1 hingga Tsunami 20 meter, BMKG Beberkan Fakta-fakta Ini

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Selain itu, riset juga memodelkan dampak gempa bumi Megathrust yaitu berupa ketinggian gelombang tsunami di pantai selatan Jawa.

"Jadi pada area seismic gap di zona sumber gempa Megathrust ini dijadikan sebagai input dalam pemodelan tsunami dengan menggunakan beberapa skenario: Skenario 1 jika hanya segmen Megathrust selatan Jawa Barat saja yang pecah," kata Dwikorita, akhir pekan kemarin.

Skenario 2 jika hanya segmen Megathrust selatan Jawa Timur saja yang pecah, lalu skenario terburuknya jika kedua segmen ini pecah bersamaan bisa menghasilkan magnitudo Mw 9,1.

Berdasarkan pemodelan tersebut dapat menyebabkan tsunami dengan ketinggian maksimum 20 meter di selatan Jawa bagian Barat (lebih tepatnya di selatan Banten) dan 12 meter di selatan Jawa Timur, dengan ketinggian tsunami rata-rata 4,5 meter.

"Dari hasil riset tersebut waktu datangnya gelombang tsunami sekitar 20 menit," katanya.

Baca Juga: Serang Indonesia, Ini 5 Fakta Mengejutkan Vanuatu, dari Kanibalisme hingga Negara Paling Berbahaya

Untuk kesiapan Indonesia menghadapi potensi tersebut, pada 2008 BMKG telah mengoperasikan Sistem Monitoring dan Peringatan Dini Tsunami untuk mengantisipasi dampak gempa bumi Megathrust seperti yang pernah terjadi di Aceh.

Kala itu waktu tiba gelombang tsunami ke pantai terdekat kurang lebih 20 menit.

"Sistem yg dibangun tersebut dioperasikan dengan menggunakan Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligent (AI) untuk menghitung secara cepat parameter gempa bumi, magnitudo dan lokasi hiposenter gempa bumi, yang kemudian secara otomatis dengan pemodelan matematis dapat dihitung (diestimasi) potensi kejadian tsunaminya," kata Dwikorita.

Dengan begitu dapat disebarluaskan secara otomatis Info kejadian gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami melalui BNPB, BPBD, Televisi, dan berbagai moda diseminasi informasi lainnya SMS, telepon atau fax, media sosial, aplikasi info BMKG. Sehingga dalam waktu 3-5 menit setelah gempa terjadi.

"Artinya, masih tersisa waktu sekitar 15-17 menit sebelum perkiraan datangnya gelombang tsunami untuk evakuasi," kata dia.

Baca Juga: Serang Indonesia, Ini 5 Fakta Mengejutkan Vanuatu, dari Kanibalisme hingga Negara Paling Berbahaya

Meski demikian, dia menegaskan adanya Riset dan Sistem Peringatan Dini tersebut belum cukup untuk benar-benar melindungi masyarakat dari ancaman bahaya tsunami.

Harus tetap ada kesiapan masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam merespons Peringatan Dini tersebut secara cepat dan tepat, bahkan dalam menyiapkan sarana prasarana evakuasi.

"Selain itu, masyarakat harus terus diedukasi supaya semakin aware terhadap bahaya gempa dan tsunami yang ada di wilayahnya," tandasnya.***(Dicky Aditya/Galamedianews)

 

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Sumber: Galamedianews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x