Bentuk Penjajahan Baru di Indonesia Terungkap, Fadli Zon: The Silent Takeover

30 Juli 2021, 16:57 WIB
Fadli Zon mengungkap bentuk penjajahan baru di Indonesia dan menyebut The Silent Takeover bagi industri bijih nikel di Morowali dan Konawe /dpr.go.id/DPR

RINGTIMES BANYUWANGI - Anggota Komisi I DPR RI Fadli Zon mengungkap bentuk penjajahan baru yang terjadi di Indonesia.

Terungkapnya hal ini disampaikan Fadli Zon melalui cuitan di akun Twitter pribadinya @fadlizon.

"The silent takeover, ini bentuk penjajahan baru," kata Fadli Zon, sebagaimana dikutip dalam cuitan akun @fadlizon pada Jumat, 30 Juli 2021.

Baca Juga: Fadli Zon Bikin Puisi Setengah Abad, Warganet: Selamat Ulang Tahun Pak Lekas Pulih

Diketahui sebelumnya, Ekonom senior dari Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan bahwa Indonesia hanya menikmati keuntungan yang sangat sedikit dari industri bijih nikel di Morowali dan Konawe.

Keuntungan nilai tambah yang diperoleh Indonesia yakni hanya sebesar 10 persen saja.

Sementara sisa hasil 90 persennya menjadi keuntungan yang dinikmati oleh para investor Cina dalam mengolah biji tersebut hingga menghasilkan produk smelter.

Baca Juga: Israel Khianati Gencatan Sejata dengan Palestina, Fadli Zon: Memang Tidak Bisa Dipercaya

Menurut Faisal Basri, hal ini seolah-olah hanya dijadikan sebagai pendongkrak ekstensi untuk mendukung industrialisasi Cina.

"Dari seluruh nilai yang diciptakan, dari proses olah bijih sampai produk smelter, maksimal yang tinggal di Indonesia 10 persen. Jadi 90 persen dinikmati Cina. Indonesia hanya dijadikan ekstensi untuk dukung industrialisasi Cina," kata Faisal Basri.

Dalam sebuah video yang diunggah di YouTube pengamat Refly Harun, Faisal pun membeberkan bahwa pengembangan industri nikel di kawasan ekonomi khusus Morowali dan Konawe sampai saat ini masih belum memenuhi hilirisasi.

Baca Juga: Fadli Zon Usul Penyeleksi TWK KPK Diikutkan Pendidikan P4 100 Jam dan Sosialisasi 4 Pilar

Hal ini disebabkan lantaran tidak adanya fasilitas produksi untuk mengolah bijih nikel menjadi hidroksida dan nikel murni dengan kadar 99,9 persen yang bisa diproses untuk digunakan sebagai bahan utama pembuatan baterai.

Menurutnya, perusahaan Cina hanya bisa mengolah sebagian besar bijih nikel pig iron (NPI) dengan produk akhir yang mencapai maksimal 20 hingga 25 persen saja.

Ia juga mengungkapkan bahwa investor Cina saat ini lebih memanfaatkan fasilitas yang ada seperti tax holiday dan keringanan pajak ekspor.

Baca Juga: Aksi Israel terhadap Palestina, Fadli Zon: Mereka Tak Jera dan Malah Percaya Diri

Fasilitas tersebut dapat membuat inverstor Cina membeli olahan nikel setengah jadi dengan harga yang jauh lebih murah dari harga internasional.***

Editor: Shofia Munawaroh

Tags

Terkini

Terpopuler