Network
RINGTIMES BANYUWANGI – Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Agung Suprio blak-blakkan saat ditanyai mengenai tayangan live pernikahan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah.
Tayangan pernikahan yang ditampilkan secara live di TV tersebut membuat publik mempertanyakan manfaatnya.
Secara terbuka, Agung Suprio menyamapikan pernyataan mengejutkan dibalik tayangan pernikahan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah.
Baca Juga: Orang Kaya Ketahuan Terima Bansos, Mensos Risma Bandingkan Rumahnya dengan Oknum
Pernyataan Agung Suprio disampaikannya dalam podcast Deddy Corbuzier Close The Door pada Kamis, 9 September 2021.
Agung Suprio juga sempat menyinggung tren penyiaran di Indonesia yang diperkirakannya menuju arah liberalism.
Agung menilai hal tersebut karena HAM di Indonesia lebih menguat sehingga pikiran orang akan terbuka karena nilai apapun yang dilakukan bagian dari HAM.
Baca Juga: Atta Halilintar Dituding Asal Petik Bunga Edelweis untuk Aurel, Netizen: Shame on You!
KPI mengaku mengakali beralihnya arah penyiaran Indonesia dengan memberi sisipan tayangan mengenai budaya Indonesia.
Hal itu yang membuat tayangan pernikahan dengan nuasa budaya Indonesia diperbolehkan disirkan di televisi.
"Yang kita insert ke dalam liberalisasi itu adalah budaya. Makanya waktu ada, kan orang pada protes 'itu kok pernikahan artis dibolehkan oleh KPI, dulu kan sempet gak boleh',” ujar Agung Suprio.
Baca Juga: Jadikan Anak Keguguran Sebagai Bahan Endorse, Atta Halilintar Dituding Eksploitasi Aurel
“Kita bolehkan, kita batasi durasinya, tetapi kita masukkan unsur budaya,” lanjut Agung.
Sehingga KPI memperbolehkan tayangan pernikahan selebritis di TV asal menggunakan budaya Indonesia.
"Yang menikah itu harus pakai budaya Indonesia untuk mengenalkan budaya kita ke luar," ucap Agung Suprio.
Baca Juga: Ungkap Alasan Ria Ricis Tak Diundang ke Pernikahannya, Atta Halilintar: Demen Banget Drama ya
"Makanya lu liat Atta Halilintar nikah pakai budaya Jawa, disuruh KPI," kata Agung Suprio pada Deddy Corbuzier.
Agung juga mengungkap acara pernikahan yang ditampilkan secara live di TV tersebut tak lepas dari campur tangan KPI.
"Kita rapat, mereka rapat, kita hadir, kita berikan masukkan. Jadi berikan masukkan jadi harus prokes, kepada TVnya kita bilang durasi, dan harus memakai budaya," ujar Agung Suprio.
