RINGTIMES BANYUWANGI - Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sama tuanya dengan sekolah. Seiring dengan perkembangan pendidikan di berbagai Negara, metode pendidikan yang diterapkan di sekolah pun kemudian berubah.
Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari berbagai sumber, Di Indonesia sendiri, kurikulum pendidikan di sekolah sudah beberapa kali berubah, antara lain : Rentjana Pelajaran 1947, Rentjana Pelajaran Terurai 1952, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum Pendidikan 1975, Kurikulum Pendidikan 1984, Kurikulum Pendidikan 1994, Kurikulum 2004 atau KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), Kurikulum Pendidikan 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), serta Kurikulum 2013 atau Kurikulum Berbasis Karakter.
Namun, metode pembelajaran di pesantren tetap memiliki eksistensinya sendiri guna diimplementasikan kepada para santri, salah satunya yaitu Sorogan.
Baca Juga: Berikut Keutamaan Bulan Dzulhijjah dibandingkan dengan Bulan yang Lainnya
Sorogan merupakan metode pembelajaran dimana santri menirukan bacaan kiai, kemudian diulang oleh santri tersebut satu per satu di hadapan kiainya untuk dikoreksi bacaan tersebut.
Metode ini sudah dijalankan turun-temurun sejak awal berdirinya pesantren oleh Wali Songo. Metode ini juga memperkuat sanad keilmuan para santri dari kiai hingga terus bersambung ke atas kepada Rasulullah Saw.
Dengan menerapkan metode sorogan, seorang kiai dapat mengetahui tolok ukur kemampuan santri, baik dari segi pemahaman, daya ingat, ketepatan bacaan, serta kecepatan dalam menanggapi pertanyaan.
Baca Juga: Warganet Mulai Curiga dengan Kekasih Yodi Prabowo, Setelah sang Kekasih Unggah Foto Mesra
Metode Sorogan biasanya digunakan dalam pembelajaran kitab Fiqh serta pembelajaran Alquran.
Pada pembelajaran Alquran, berikut langkah-langkah metode sorogan yang digunakan di pesantren.