‘Sorogan’, Metode Warisan Pesantren yang Berumur Panjang

- 20 Juli 2020, 16:40 WIB
 SEJUMLAH santri di Pondok Pesantren Al Mubarokah, Blok Babakan, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka tengah belajar hapalan Alquran.*/TATI PURNAWATI/KABAR CIREBON
SEJUMLAH santri di Pondok Pesantren Al Mubarokah, Blok Babakan, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka tengah belajar hapalan Alquran.*/TATI PURNAWATI/KABAR CIREBON /

1. Kiai membacakan ayat alquran sepanjang satu ayat

2. Para santri membaca bersama

3. Berulang hingga batas yang ditentukan kiai

4. Kiai menjelaskan ilmu tajwid yang terdapat dalam ayat alquran tersebut

5. Santri mengulang bacaan yang sebelumnya dibaca bersama satu per satu, sementara kiai mengkoreksi

6. Santri dan kiai membaca bersama bacaan alquran yang sudah dipelajari mulai awal hingga akhir.

Baca Juga: Kembali Berkarya, BCL Persembahkan Single Terbarunya untuk Almarhum Suami

Adapun metode sorogan yang diimplementasikan pada pembelajaran kitab kuning memiliki pola yang sama, yakni:

  1. Kiai membacakan matan ataupun syarah setiap satu kalimat beserta terjemah dalam tulisan pegon lengkap dengan nahwu dan sharaf-nya
  2. Para santri membaca bersama
  3. Berulang hingga batas yang ditentukan kiai
  4. Kiai menjelaskan isi dari kitab tersebut dan membuka sesi tanya jawab
  5. Santri mengulang bacaan yang sebelumnya dibaca bersama satu per satu, sementara kiai mengoreksi
  6. Santri dan kiai membaca bersama bacaan alquran yang sudah dipelajari mulai awal hingga akhir.

Dengan metode tersebut, kiai dapat mengontrol dengan baik proses belajar mengajar di pesantren, serta tidak akan ada celah lemahnya sanad keilmuan santri pondok pesantren.***

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x