RINGTIMES BANYUWANGI - Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun).
Ia adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.
Baca Juga: Kenali Gejala Stroke Ringan dan Bahayanya Bagi Kesehatan
Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia sastra Indonesia mengalami perkembangan.
Hasil karya M. Yamin ditulis menggunakan bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatera, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920. Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentuk-bentuk bahasa Melayu Klasik.
Hasil karya M. Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini sangat penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin dan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal.
Baca Juga: Trump Umumkan Kebakaran Hutan di California Merupakan Bencana Besar
Drama Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarah Jawa, muncul juga pada tahun yang sama.
Dalam puisinya, M. Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literatur Belanda.
Walaupun M. Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, hasil karya M. Yamin masih lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang lebih muda.
Baca Juga: Akhirnya China Setujui Uji Klinis Vaksin Covid-19 Dibudidayakan Sel Serangga
Ia juga menerbitkan banyak drama, esei, novel sejarah, dan puisi. Ia juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore.
Hasil karya M. Yamin dari tahun 1922 sampai 1960 adalah sebagai berikut:
- Tanah Air (puisi), 1922
- Indonesia, Tumpah Darahku, 1928
- Kalau Dewa Tara Sudah Berkata (drama), 1932
- Ken Arok dan Ken Dedes (drama), 1934
- Sedjarah Peperangan Dipanegara, 1945
- Tan Malaka, 1945
- Gadjah Mada (novel), 1948
- Sapta Dharma, 1950
- Revolusi Amerika, 1951
- Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, 1951
- Bumi Siliwangi (Soneta), 1954
- Kebudayaan Asia-Afrika, 1955
- Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi, 1956
- 6000 Tahun Sang Merah Putih, 1958
- Naskah Persiapan Undang-undang Dasar, 1960, 3 jilid
- Ketatanegaraan Madjapahit, 7 jilid
Baca Juga: Jangan Ketinggalan, Promo Indomaret Hari Ini 23 Agustus, Akan Segera Berakhir
Berkat hasil karya M. Yamin dan jasanya kepada republik Indonesia, Ia dianugerahi beberapa penghargaan, diantaranya:
- Bintang Mahaputra RI, tanda penghargaan tertinggi dari Presiden RI atas jasa-jasanya pada nusa dan bangsa
- Tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps
- Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya menciptakan Pataka Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat
***