Karena Empat Mengharap Lima

- 10 Mei 2020, 01:28 WIB
Moh.Husen.*/
Moh.Husen.*/ /Koleksi Pribadi

Oleh: Moh. Husen*

 

Suatu hari seorang penikmat kopi hitam kirim SMS ke seorang penyair. Saat itu belum ada WA. Dia tidak tanya tentang menulis puisi. Penyair itu hanya baju. Dan sebagai manusia pada umumnya, baju sang penyair ini tak hanya satu. Sang penyair sering pakai baju universal sebagai manusia biasa saja.

Untunglah pergaulan dan silaturrahmi itu sangat indah. Pergaulan terkadang memang dihalangi oleh birokrasi identitas. Kalau bukan pejabat tak bisa bertemu pejabat. Tapi untunglah sang penyair ini tak punya sekat birokrasi identitas apapun: siapa saja, berbaju apa saja, berbeda apa saja, diterima, dirangkul dan dimesrai dalam indahnya paseduluran.

Singkat ceritanya, si penikmat kopi hitam ini kirim SMS ke sang penyair: "Kenapa saya gagal melakukan Ng?"

Baca Juga: Sebanyak 58 Warga Bali Menolong Korban Meninggal Lakalantas Tanpa APD

Apa itu Ng? Ng itu sebut saja sejenis puisi yang artinya hanya penulisnya yang tahu beserta orang yang dikasih tahu oleh penulisnya sendiri.

Dengan GPL alias Gak Pakai Lama, sang penyair yang bersahaja ini menjawab: "Karena empat mengharap lima. Padahal kalau ikhlas dengan empat bisa mendapat sembilan."

Sangat "puitis" sekali jawaban sang penyair. Si penikmat kopi hitam jadi sedikit berurai air mata, semakin menyadari betapa dia semakin tak tahu diri, semacam terlalu besar diperbudak oleh ambisi ingin Ng. (Banyuwangi, 10 Mei 2020)

Baca Juga: Ditemukan 40 Penumpang Positif COVID-19 Di Bandara Soekarno Hatta

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x