Network
RINGTIMES BANYUWANGI - Berikut pembahasan mengenai legenda asal-usul nama Banyuwangi, konon mengisahkan tentang kesetiaan seorang istri yang terfitnah melakukan hal menyimpang.
Kisah asal-usul nama Banyuwangi sudah sangat populer di kalangan masyarakat, khususnya yang tinggal di Kota Gandrung ini.
Dilansir dari situs resmi gis.banyuwangikab.go.id, simak pembahasan legenda asal-usul nama Banyuwangi.
Baca Juga: Asal Usul Boba, Minuman Eksperimen dari Karyawan Kedai Teh
Dahulu kala, di wilayah ujung timur Pulau Jawa yang alamnya begitu indah ini konon dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo.
Dalam upaya menjalankan pemerintahannya itu, ia dibantu oleh seorang Patih yang gagah berani, arif, dan tampan bernama Patih Sidopekso.
Patih Sidopekso ini memiliki seorang istri yang bernama Sri Tanjung. Dikisahkan istri Sang Patih ini sangatlah elok parasnya, halus budi bahasanya sehingga membuat sang Raja tergila- gila padanya.
Baca Juga: Sejarah Es Krim, Dessert Terenak sebagai Makanan Manis dan Segar
Pada suatu ketika, sang Raja pun memikirkan sebuah siasat agar tercapai hasrat untuk membujuk dan merayu Sri Tanjung, yakni dengan memerintah Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa.
Dengan tegas dan gagah berani, serta tanpa curiga, sang Patih pun berangkat untuk menjalankan titah Sang Raja. Sepeninggal Sang Patih Sidopekso, sikap tak senonoh Prabu Sulahkromo dengan merayu dan memfitnah Sri Tanjung dengan segala tipu daya dilakukanya.
Akan tetapi, cinta Sang Raja ditolak mentah-mentah dan Sri Tanjung tetap teguh pendiriannya, sebagai istri yang selalu berdoa untuk suaminya. Berang dan panas membara hati Sang Raja ketika cintanya ditolak oleh Sri Tanjung.
Baca Juga: Sejarah Kopi Arabika dan Robusta, Mendunia dari Afrika
Sepulang sang Patih Sidopekso dari tugasnya, ia langsung menghadap Sang Raja. Akal busuk Sang Raja pun muncul, memfitnah Sri Tanjung dengan menyampaikan bahwa sepeninggal Sang Patih pada saat menjalankan titah raja meninggalkan istana, Sri Tanjung mendatangi, merayu serta bertindak serong dengan Sang Raja.
Dengan amarah yang melonjak dan tanpa berfikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung sembari mencecari sang istri dengan tuduhan yang tidak beralasan.
Pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur tak mampu membuat hati Patih Sidopekso luluh, namun semakin panas menahan amarah dan bahkan Sang Patih dengan berangnya mengancam akan membunuh istri setianya itu. Diseretlah Sri Tanjung ke tepi sungai yang keruh dan kumuh.
Baca Juga: Kronologi 1 Juni Diperingati Hari Lahir Pancasila bagi Indonesia
Akan tetapi, sesaat sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada permintaan terakhir dari Sri Tanjung kepada suaminya, sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiannya ia rela dibunuh dan agar jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh itu.
Ia berpesan, apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berbuat serong, tapi jika air sungai berbau harum maka ia tidak bersalah.
Tak lagi mampu menahan diri, Patih Sidopekso segera menikamkan kerisnya ke dada Sri Tanjung. Darah memercik dari tubuh Sri Tanjung, seketika ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Baca Juga: Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Dasar Negara
Kemudian, mayat Sri Tanjung segera diceburkan ke sungai dan seketika air (banyu) sungai yang keruh itu berangsur-angsur menjadi jernih seperti kaca serta menyebarkan bau harum (wangi).
Sontak setelah melihat kejadian yang mengejutkan itu, Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh dan ia jadi linglung, tanpa ia sadari, ia menjerit "Banyu..... ... wangi............... . Banyu wangi ... .."
Nama ikonik kota 'Banyuwangi' terlahir dari bukti cinta seorang istri pada suaminya.
Demikian pembahasan mengenai legenda asal usul nama Banyuwangi.***
