Karena dianggap mengganggu akses jalan, pada masa penjajahan Jepang, batu tersebut sempat berusaha untuk dipindahkan.
Tak sedikit orang dikerahkan untuk memotong Watu Dodol supaya lebih mudah untuk memindahkannya. Akan tetapi, ketika hendak digulingkan dengan ditarik kapal ternyata tidak membuahkan hasil sama sekali.
Baca Juga: Asal-usul Surabaya, Cerita Rakyat yang Sampai Sekarang Masih Ada
Bahkan, konon kapal yang menariknya hingga terbelah dua dan tenggelam.
Awalnya monumen Watu Dodol ini terletak di sebelah Timur jalan yang menghubungkan antara Situbondo dengan Banyuwangi. Ketika ada program pelebaran jalan, pemerintah setempat ingin memindahkan Watu Dodol.
Karena pelebaran jalan lebih mungkin untuk dilakukan pada bagian sebelah Timur.
Baca Juga: Sejarah Es Batu di Indonesia, Barang Mahal Bagi Orang Kaya
Tak hanya itu, sisi Barat jalan ternyata merupakan sebuah bukit. Dari upaya yang dilakukan, dengan bersusah payah untuk mendongkrak dan merobohkan Watu Dodol, akhirnya batu besar tersebut benar-benar terguling.
Namun, keesokan harinya Watu Dodol justru sudah kembali tertancap di tempatnya seperti semula.
Alhasil, hingga kini Watu Dodol tidak pernah diganggu dan diusik lagi. Setelah kejadian tersebut, sekarang Watu Dodol terletak di tengah dua ruas jalan. Pemerintah pun kini membuat taman yang indah di sekelilingnya.***