Potensi Desa Gitik Banyuwangi: UMKM Industri Tahu Goreng Kini Sudah Generasi Ke-3

- 7 April 2022, 09:15 WIB
UMKM Industri Tahu Goreng di Desa Gitik Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi milik Joko.
UMKM Industri Tahu Goreng di Desa Gitik Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi milik Joko. /Galih Ferdiansyah/Ringtimes Banyuwangi/

RINGTIMES BANYUWANGI - Seperti diketahui, Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi ini terkenal dengan produksi tahu.

Bahkan menurut Kades Gitik, Hamzah, hingga saat ini tahu menjadi produk unggulan di desa tersebut.

"Alhamdulillah satu desa itu memiliki kurang lebih 20 home industry tahu, memang itu salah satu produk unggulan Desa Gitik," ujar Hamzah dalam keterangannya kepada Ringtimes Banyuwangi Senin, 4 April 2022, lalu. 

Baca Juga: UMKM Unggulan Industri Rumahan Tahu di Desa Gitik Banyuwangi Keluhkan Harga Kedelai Mahal

Salah satu home industry di Dusun Temurejo, Desa Gitik ini tak hanya membuat tahu secara manual saja, melainkan ia memasarkannya setelah digoreng.

Joko, selaku pemilik industri rumahan tahu goreng tersebut, mengaku bahwa usahanya tersebut sudah ada sejak tahun 1980-an.

Usaha tersebut turun-temurun dari keluarganya, dan sekarang telah berada di generasi ketiga, yakni Joko itu sendiri.

Baca Juga: Spot Ngabuburit yang Recommended bagi Kaum Milenial di Kawasan Pelabuhan Muncar Banyuwangi

"Kurang lebih tahun 80-an, mulai dari nenek ke ibu, lalu ke saya," ujar Joko dalam keterangannya pada Ringtimes Banyuwangi Senin, 4 April 2022.

Joko memproduksi tahu mentahnya sendiri, setelah itu digoreng dan siap dipasarkan.

Ia pun memaparkan bagaimana proses pembuatan tahu yang selama ini diproduksi dan dipasarkan.

Pertama, kedelai direndam selama kurang lebih 4 jam. Setelah itu dilakukan proses penggilingan.

 Baca Juga: Potensi Desa Pengatigan Banyuwangi: UMKM Kerajinan Alat Dapur dari Kayu Alami Penurunan Pendapatan

Kemudian, kedelai yang sudah digiling tersebut direbus hingga mendidih dan menjadi bubur kedelai. 

Lalu, bubur kedelai tersebut disaring dan diperas untuk diambil sari patinya.

Penyaringan dilakukan dengan meletakkan bubur kedelai diatas kain belacu (mori kasar) yang dipasang diatas bak penampung.

Jika sudah, selanjutnya proses pengamasan dengan menambahkan cuka ke dalam sari pati kedelai yang sudah disaring dan diperas itu. Kemudian diaduk sampai merata.

Selanjutnya, tahu dicetak dengan menggunakan wadah kayu, lalu dipres (sisi atasnya ditutup menggunakan kayu yang diletakkan pemberat).

 Baca Juga: Dinas PU CKPP Banyuwangi Siapkan Tim Khusus untuk Pemeliharaan RTH Secara Berkala

Setelah selesai, tahu dipotong-potong sesuai ukuran dengan menggunakan kayu sebagai alat pengukurnya.

Sebagai langkah akhir, tahu digoreng dan siap dipasarkan.

Menurut penuturan Joko, pemasaran produk tahunya ia lakukan di Pasar Rogojampi, karena sudah punya lapak di sana.

"Pemasarannya di Pasar Rogojampi, kita punya lapak di sana," ujarnya.

Baca Juga: Banyuwangi Pertahankan SAKIP A dari KemenPAN-RB Selama 6 Tahun Beruntun

Joko menambahkan, per harinya, ia mampu memproduksi tahu sebanyak 30 bak kayu, dan menghabiskan kedelai kurang lebih 1 kwintal.

Hal tersebut pun tergantung dari minat konsumen, jika ramai peminat maka produksi akan ditambah.

Akan tetapi, selama pandemi ini produksinya pun dikurangi.

"Kita lihat pasar, kalau rame ya kita tambah, kalau keadaan seperti ini ya kita kurangi," pungkasnya.***

Editor: Shofia Munawaroh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah