Potret Industri Rumahan Pembuatan Gula Merah di Desa Rejoagung Srono Banyuwangi, Berlangsung Puluhan Tahun

- 19 Juli 2022, 14:15 WIB
Proses menyetak gula merah yang telah masak pada wadah plastik
Proses menyetak gula merah yang telah masak pada wadah plastik /Rika Wulandari/Ringtimes Banyuwangi

RINGTIMES BANYUWANGI - Sentra industri rumahan pembuatan gula merah di Desa Rejoagung, Kecamatan Srono Banyuwangi Jawa Timur ternyata sudah berlangsung selama puluhan tahun.

Adalah Tatik, warga Desa Rejoagung, Kecamatan Srono ini yang menggeluti usaha rumahan di bidang pembuatan gula merah sejak tahun 1992.

Perempuan berusia 40 tahun tersebut telah menjalankan bisnis pembuatan gula merahnya selama hampir 30 tahun, disaat dirinya telah menikah dengan suaminya, Waras.

Baca Juga: UMKM Kerupuk Panda Jadi Produk Andalan Desa Sukojati, Dikirim Sampai Pulau Bali

Tatik bersama dengan suaminya bekerja sama dalam membuat gula merah di rumah yang nantinya hasil pembuatan gula merah tersebut mereka jual ke pengepul untuk dipasarkan. 

"Iya saya sudah lama mbak menggeluti usaha pembuatan gula ini, sejak tahun 1992," ujarnya kepada wartawan Ringtimes Banyuwangi, Selasa 19 Juli 2022.

Dirinya membuat usaha pembuatan gula merah ini sebagai mata pencaharian utama keluarga. 

"Alhamdulilah saya bisa nyekolahin anak-anak juga dari hasil pembuatan gula merah ini mbak. Saat ini anak saya sudah lulus kuliah dan bekerja,  sedangkan anak saya yang kedua masih sekolah di tingkat SMP," ungkapnya sumringah.

Baca Juga: Gula Merah Jadi Produk Unggulan Desa Sukojati Banyuwangi, Kualitas Bahan Diperhatikan

Tatik juga menuturkan, usaha pembuatan gula merahnya itu tidak terlalu terdampak saat  pandemi kemarin, ia mengaku usahanya tersebut lancar dan tidak terkendala. 

Ia juga menjelaskan bahwa bisnis gula merahnya masih bisa bertahan di tengah pandemi corona, disaat banyak orang kehilangan pekerjaannya.

Menurutnya, cuaca-lah yang memiliki dampak yang besar dalam kelangsungan hidup bisnis yang digelutinya itu. 

Saat musim penghujan seperti ini, sadapan nira pada pohon kelapa lebih banyak daripada di musim kemarau, hal itu secara tidak langsung juga mempengaruhi hasil produksi.

Beliau mengaku dapat memproduksi hingga 20 - 25 kg gula merah dalam sehari, akan tetapi jika musim kemarau hanya dapat memproduksi sebanyak 19 kg gula saja.

Baca Juga: Ikan Bakar Khas Blimbingsari Banyuwangi, Citarasa Bahari dengan Pemandangan Pantai

"Dalam sehari bisa produksi sampai 20 hingga 25 kg saat musim penghujan, karena nira (legen) keluar lebih banyak saat musim penghujan," tuturnya.

Walaupun begitu, risiko pekerjaan juga meninggi saat musim penghujan.

Seperti contoh hujan deras membuat pohon kelapa sulit dipanjat karena air hujan dan licin, belum lagi risiko angin kencang yang melanda. 

"Iya begitulah mbak, namanya juga pekerjaan ya, mesti ada resikonya. Yang penting tetap berusaha menjemput rezeki," ujar Tatik.***

Editor: Rika Wulandari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x