Baca Juga: Indonesia Diambang Resesi, Hingga Agustus APBN Defisit Senilai Rp500,5 Triliun
"Eskalasinya (pertambahan) seluruh negara sudah kena dan episentrumnya (titik pusat) juga sudah masuk ke negara-negara terutama yang berpenduduk besar seperti Amerikat Serikat, India, Brazil, Russia, Afrika dan bahkan Indonesia," ujarnya.
Sementara di Indonesia, pemerintah telah melakukan bermacam tindakan ekstrem untuk menanggulangi penyebaran Covid-19.
Dimulai dari kebijakan lockdown, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga new normal.
Lonjakan kasus positif Covid-19 pun menurut Sri Mulyani memiliki risiko cukup besar terhadap sosial ekonomi keuangan.
Baca Juga: Syarat Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 10, Segera Cek Instagram dan Link Berikut Ini
"Dalam kondisi ini kemudian kita melihat risiko terhadap sosial ekonomi keuangan masih sangat nyata akibat Covid-19," tambahnya.
Di Indonesia, lonjakan kasus terjadi di provinsi yang selama ini 'menyumbang' pendapatan cukup besar untuk negara. Seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
"Beberapa provinsi besar masih menunjukkan eskalasi dari kasus Covid-19 ini dan provinsi ini tidak hanya besar dari sisi penduduknya tapi juga besar terhadap kontribusinya terhadap perekonomian. Sehingga pasti akan memengaruhi kinerja perekonomian," ujarnya.
Kemampuan mengendalikan Covid-19 juga menjadi faktor penentu pertumbuhan ekonomi di Indonesia.