Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea (DAPA) telah menyatakan bahwa setiap kali rumor kontrak untuk membeli pesawat tempur Rafale Indonesia muncul, "penyelesaian pengembangan KF-21 adalah masalah terpisah yang tidak dapat dibandingkan dengan pembelian pesawat tempur ini di titik ini setelah 2026".
Baca Juga: Militer China Semakin Maju dengan Rudal Buatan Sendiri, Indonesia Jadi Salah Satu Pemiliknya
Meski Indonesia sempat menunggak pembayaran proyek KF-21 Boramae, Korea Selatan rupanya tak punya pilihan.
Bahkan, dibocorkan seorang pejabat industri pertahanan Korea Selatan, Indonesia disebut menjadi satu-satunya penolong ekspor 300 unit KF-21 Boramae.
Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari artikel terbitan Chosun Biz pada 15 Februari 2022, yang menyebut Korea Selatan kesulitan melakukan ekspor KF-21 Boramae.
"Tahun ini, selain produk ekspor utama, uji terbang prototipe KF-21 yang dipilih KAI sebagai makanan masa depan dijadwalkan pada paruh kedua tahun ini.
Proyek pengembangan KF-21, pesawat tempur Korea generasi berikutnya, dimulai pada tahun 2015 dengan tujuan untuk menggantikan pesawat tempur usang seperti F-4 dan F-5.
Sebanyak 8,1 triliun won akan diinvestasikan pada tahun 2028, dan Indonesia (Indonesia), yang berpartisipasi dalam pembangunan bersama, akan menanggung 20% dari ini, atau 1,6 triliun won.
Baca Juga: Alasan Militer Indonesia Tak Jadi Beli Su-35, Ada Ancaman Serius Dari Amerika Serikat
Pengembangan KF-21 diharapkan akan selesai sekitar tahun 2026, dan tujuannya adalah untuk mengekspor lebih dari 300 unit dengan rencana produksi 120 unit pada tahun 2032," tulis media Korea Selatan tersebut dalam artikelnya.