Ketahui Perbedaan Silent Stroke dan Stroke Ringan

- 5 November 2020, 13:35 WIB
Ilustrasi orang dengan TIA
Ilustrasi orang dengan TIA /PEXELS/Andrea Piacquadio/

RINGTIMES BANYUWANGI - Silent stroke mungkin sangat umum terjadi pada orang tua setelah mereka menjalani operasi elektif. Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari thehealthy.com, satu dari 14 orang berusia 65 tahun atau lebih yang menjalani operasi elektif non-jantung mengalami silent stroke.

Orang-orang yang mengalami silent stroke setelah operasi, lebih mungkin mengalami penurunan kognitif, stroke mayor, dan penyakit serius lainnya selama waktu itu.

Hal itu jelas berbeda jika dibandingkan dengan orang-orang yang tidak mengalami silent stroke.

Baca Juga: Mengenal Silent Stroke yang Muncul Tanpa Gejala

Silent stroke tidak sama dengan stroke ringan atau yang disebut Transient Ischemic Attack (TIA).

TIA adalah stroke yang tidak menyebabkan kecacatan permanen. Meskipun ada gejalanya tetapi cepat berlalu. Gejalanya bisa berupa lengan atau tungkai yang lemah dalam kurun waktu 24 jam.

TIA dianggap sebagai kondisi penyakit darurat karena bisa menjadi penanda bahwa stroke berat akan segera terjadi. Jika sudah mengalami stroke ringan (TIA), maka harus berhati-hati dan waspada.

Baca Juga: 5 Cara Mencegah Penyakit Stroke dan Jantung, Salah Satunya Berhubungan Seks

Risiko silent stroke, stroke mayor, dan TIA adalah sama. Pencegahan adalah cara terbaik untuk mengatasi konsekuensi jangka panjang.

Silent stroke bisa lebih parah jika seseorang memiliki faktor risiko stroke seperti fibrilasi atrium atau detak jantung tidak teratur, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kolesterol tinggi, atau ada riwayat keluarga stroke dan serangan jantung.

Fibrilasi atrium adalah jenis detak jantung tidak teratur yang paling umum terjadi. Jika tidak diobati, dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke lima kali lipat.

Baca Juga: 11 Makanan yang Dapat Mengurangi Risiko Stroke

Gejala fibrilasi atrium meliputi sensasi jantung berdebar-debar dan detak jantung yang terlalu cepat atau tidak seimbang bisa ditandai dengan nyeri dada, pusing, sesak napas, dan lelah.

Fiblirasi atrium lebih sering terjadi pada orang di atas 60 tahun, serta mereka yang menderita beberapa penyakit. Misalnya, diabetes, tekanan darah tinggi, asma, dan penyakit jantung.***

 

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Sumber: thehealthy.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x