Dilansir ringtimesbanyuwangi.com dari healthline.com, peneliti Jepang mempelajari 6.359 orang menggunakan monitor yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah pada siang dan malam hari.
Semua peserta memiliki setidaknya satu faktor risiko kardiovaskular, dan sebagian besar menggunakan obat untuk mengontrol tekanan darah. Namun, tidak ada yang memiliki gejala penyakit kardiovaskular saat penelitian dimulai.
Baca Juga: Mengenal Silent Stroke yang Muncul Tanpa Gejala
Selama 2 tahun hingga 7 tahun menindaklanjuti para peserta, peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki tekanan darah sistolik malam hari yang 20 milimeter merkuri (mm Hg) di atas pembacaan sistolik siang hari, ternyata secara signifikan lebih mungkin mengalami stroke dan gagal jantung.
Secara keseluruhan, peserta penelitian mengalami total 306 kejadian kardiovaskular, termasuk 119 stroke, 99 diagnosis penyakit arteri koroner, dan 88 diagnosis gagal jantung.
Sebaliknya, dalam penelitian tersebut ditemukan partisipan yang tekanan darahnya dikontrol dengan obat-obatan memiliki peningkatan risiko stroke. Hal itu terjadi apabila tekanan darah mereka turun terlalu rendah di malam hari.
Baca Juga: Lakukan 4 Hal Ini Jika Anda Berisiko Stroke
Sebuah penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh juga menunjukkan bahwa tekanan darah rendah saat tidur meningkatkan risiko stroke.***