Muslim dan Kristen di Mosul Kompak Curhat ke Paus Fransiskus Atas Kebrutalan ISIS  

12 Maret 2021, 13:50 WIB
Paus Fransiskus saat berada di Kota Mosul, Irak. /Instagram.com/@franciscus

RINGTIMES BANYUWANGI – Kebrutalan kelompok ISIS memang selalu membawa cerita buruk bagi negara yang dijajahnya.

Hal itu pun membuat sejumlah penduduk Muslim dan Kristen di Mosul menceritakan kisah mereka di bawah kebrutalan ISIS kepada Pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus  mendengarkan kisah Muslim serta Kristen di Mosul saat sedang berada di Irak.

Perjalanan Paus Fransiskus tersebut juga menjadi perjalanan bersejarah yang menandai pertama kalinya seorang paus berkunjung ke negara itu.

Diketahui, Paus Fransiskus terbang ke Mosul menggunakan helikopter pada Minggu, 7 Maret 2021.

Baca Juga: Paus Fransiskus Beri Pesan ke Umat Kristiani pada Perayaan Natal 2020 di Tengah Pandemi

Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk memulihkan luka sektarian dan berdoa bagi korban tewas dari agama apapun.

"Betapa kejamnya bahwa negara ini, tempat lahirnya peradaban, harus dilanda pukulan yang begitu biadab, dengan tempat-tempat ibadah kuno dihancurkan dan ribuan orang Muslim, Kristen, Yazidi, dan lainnya secara paksa mengungsi atau dibunuh," ujar Paus Fransiskus.

Ia juga menuturkan bahwa persaudaraan lebih erat daripada pembuhunan dan kebencian, serta perdamaian lebih kuat daripada perang.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul Hidup di Bawah Kebrutalan ISIS, Muslim dan Kristen di Mosul Curhat ke Paus Fransiskus

"Hari ini, bagaimanapun, kami menegaskan kembali keyakinan kami bahwa persaudaraan lebih langgeng daripada pembunuhan antar saudara, bahwa harapan lebih kuat daripada kebencian, bahwa perdamaian lebih kuat daripada perang," tuturnya.

Baca Juga: Erdogan Undang Paus Francis, untuk Resmikan Hagia Sophia Jadi Masjid Jumat Besok

Kota Tua Mosul adalah rumah bagi gereja dan masjid kuno yang dihancurkan pada 2017 selama pertempuran berdarah oleh pasukan Irak dan koalisi militer internasional untuk mengusir ISIS.

Korupsi dan pertikaian di antara politisi Irak masih memperlambat upaya untuk membangun kembali Mosul dan sebagian besar kota tetap menjadi reruntuhan.

Paus yang berusia 84 tahun itu berjalan melewati reruntuhan rumah dan gereja ke alun-alun yang dulunya merupakan pusat kota tua yang berkembang pesat. Kota utara Mosul diduduki oleh ISIS dari 2014 hingga 2017.

Merujuk langsung ke ISIS, Paus Fransiskus  mengatakan bahwa harapan tidak akan pernah bisa dibungkam oleh darah yang tumpah oleh mereka yang menyesatkan nama Tuhan untuk mengejar jalan kehancuran.

Kemudian, ia membaca doa yang mengulangi salah satu tema utama perjalanannya, bahwa selalu merupakan kesalahan untuk membenci, membunuh, atau berperang atas nama Tuhan.

Baca Juga: Hagia Sophia Diubah Kembali Jadi Masjid, Paus Fransiskus Merasa Tertekan

Komunitas Kristen Irak, merupakan salah satu yang tertua di dunia dan sangat terpukul oleh konflik selama bertahun-tahun.

Namun, jumlahnya menurun menjadi sekitar 300.000 dari sekitar 1,5 juta sebelum invasi Amerika Serikat pada 2003 dan kekerasan militan Islam yang brutal yang menyusulnya, seperti Pikiran-Rakyat.com kutip dari Antara.

Pastor Raid Adel Kallo, pendeta dari Gereja Kabar Sukacita, menceritakan bagaimana pada 2014 dia tinggal dengan 500 keluarga Kristen dan saat ini hanya kurang dari 70 keluarga tersisa.

"Mayoritas telah beremigrasi dan takut untuk kembali. Tetapi saya tinggal di sini, dengan dua juta warga Muslim yang memanggil saya ayah dan saya menjalankan misi saya dengan mereka," ujarnya.

Pastor Raid Adel Kallo juga mengatakan kepada Paus tentang komite keluarga Mosul yang mempromosikan hidup berdampingan secara damai antara Muslim dan Kristen.

Baca Juga: Hagia Sophia Diubah Kembali Jadi Masjid, Paus Fransiskus Merasa Tertekan

Paus Fransiskus, yang dijaga ketat oleh petugas keamanan selama perjalanannya ke Irak, telah menekankan toleransi beragama.

Sebelumnya pada Sabtu 6 Maret 2021, ia mengadakan pertemuan bersejarah dengan ulama Syiah Irak dan mengunjungi tempat kelahiran Nabi Ibrahim. Paus juga mengutuk kekerasan atas nama Tuhan sebagai "hujatan terbesar".***(Ayu Nur Anjani/Pikiran Rakyat)

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler