Sebut Perempuan Indonesia Tertekan Pakai Jilbab, Begini Sorotan Media Inggris

19 Maret 2021, 21:10 WIB
Siswa sekolah berjilbab /Portal Bandung Timur/heriyanto

RINGTIMES BANYUWANGI – Pemakaian Jilbab yang belakangan dibahas dalam lingkup sekolah di Indonesia berbuntut panjang.

Pemakaian Jilbab dilingkungan sekolah itu berbuntut pada media asing menyoroti dalam penggunaan jilbab di Indonesia dari sudut pandang yan besar.

Disebutkan salah satu media Inggris bahkan pemakaian jilbab itu terkesan pemaksaan dari pihak keluarga dan sekolah.

Media yang mewartakan pemberitaan tersebut ialah Reuters dengan judul "Indonesian girls traumatized by push to wear hijab: HRW report".

Baca Juga: Muslim di Hainan Dilarang Pakai Hijab ke Sekolah oleh Tiongkok, Karena Dianggap ‘Tidak Teratur’

Kisah mengenai penggunaan jilbab yang dinilai dipaksakan itu datang dari Ifa Hanifah Misbach berusia 19 tahun. Ketika ayahnya meninggal, keluarganya menyebut dirinya tak akan masuk surga saat menolak mengenakan jilbab.

Misbach yang bekerja di Bandung, Jawa Barat sebagai psikolog itu disebut telah membantu membimbing puluhan gadis Indonesia yang telah dikucilkan, diintimidasi, dan diancam dari sekolah karena menolak memakai cadar.

Artikel ini sudah diterbitkan sebelumnya di Bekasi.pikiran-rakyat.com dengan judul Media Asing Soroti Pemakaian Jilbab di Indonesia: Trauma karena Dipaksa Memakai Jilbab

"Dampak tekanan agama, terutama untuk memakai jilbab, saat masih muda, terasa seperti tidak ada ruang untuk bernapas," kata Misbach, sebagaimana dilansir PikiranRakyat-Bekasi.com dan dikutip Ringtimesbanyuwangi.com dari Reuters pada Kamis, 18 Maret 2021.

Misbach menyebut jika istilah menggunakan hijab atau jilbab di Indonesia itu disampaikan dalam laporan Hak Asasi Manusia "Aku ingin melarikan diri".

Wanita berusia 45 tahun ini adalah salah satu dari banyak pengalaman yang dibagikan oleh wanita dan anak perempuan di Indonesia yang merupakan negara mayoritas berpenduduk Islam, termausk adanya kasus anak yang dikeluarkan dari sekolah.

Disoroti mengenai ideologi Indonesia yang mengakui keberagaman agama yang dimana sejumlah agama menjadi minorittas dari segi penduduk seperti Kristen, Hindu, Budha, dan minoritas lainnya.

Baca Juga: Hari ini, Pesawat Jepang Tabrak Gunung Fuji hingga Sekolah AS Terbakar Tewaskan 289 Orang

Namun konservatisme agama dan intoleransi yang berkembang terhadap kepercayaan selain Islam telah meningkat selama dua dekade terakhir.

Peneliti HAM Indonesia, Andreas Harsono, mengatakan wanita dan anak perempuan di seluruh negeri dapat menghadapi tekanan yang intens dan konstan untuk mengenakan jilbab.

"Mengenakan jilbab harus menjadi pilihan, itu bukan peraturan wajib," kata Harsono kepada Reuters.

"Ada kepercayaan yang berkembang di seluruh Indonesia bahwa jika Anda seorang wanita Muslim dan Anda tidak mengenakan jilbab, Anda kurang saleh; Anda secara moral kurang," sambungnya.

Baca Juga: Sekolah Indonesia Tertinggal Ilmu Karena Banyak Belajar Agama, Cek Fakta Pernyataan Perdana Menteri Malaysia

Hasil identifikasi dari Human Right Watch disebutkan jika kini ada lebih dari 60 peraturan daerah yang disebut diskriminatif mengenai penegakan cara berpakaian perempuan.

"Sekolah negeri di Indonesia menggunakan kombinasi tekanan psikologis, penghinaan di depan umum, dan sanksi untuk membujuk gadis-gadis mengenakan jilbab," kata laporan itu.***(M Hafni Ali Fahmi/PR Bekasi)

 

Editor: Indah Permata Hati

Sumber: PR Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler