Kondisi India Semakin Kacau, Situasi Mengerikan, Banyak Orang Meninggal di Jalanan

28 April 2021, 14:53 WIB
ilustrasi India menjadi salah satu negara dilanda Covid-19 terparah yang kini menjadi episentrum pandemi di dunia, sukarelawan menyebut mengerikan. /Reuters

RINGTIMES BANYUWANGI – Gelombang pandemi Covid-19 di India sudah sangat meresahkan penduduknya.

Semakin hari situasi penduduk India saat melawan pandemic Covid-19 kian memprihatinkan.

Hal ini pun disampaikan oleh sukarelawan penanganan Covid-19 dari organisasi kemasyarakatan Sewa Satkar Trust, Mohit Arora.

Menurut Mohit lonjakan kasus positif Covid-19 di India membuat situasi di negaranya tersebut berubah menjadi mengerikan.

Baca Juga: 7 Pengakuan V BTS soal Ayahnya, Ayah Saya Lebih Tampan

Mengingat lonjakan Covid-19 semakin meningkat, kini India menjadi episentrum pandemi global.

Berdasarkan data dari situs Worldometer, total kematian akibat Covid-19 di India mencapai lebih dari 200.000 kasus.

Penambahan kasus sebanyak 362.902 terjadi pada hari ini, membuat total kasus positif menjadi 17.988.637.

Banyak rumah sakit kewalahan menampung pasien, dan sejumlah dokter menyarankan agar pasien mencari tabung oksigen sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.

Baca Juga: 4 Manfaat Sehat Meletakkan Bawang Putih di Bawah Bantal Saat Tidur

Akibatnya, persediaan tabung oksigen di India menjadi langka dan harganya melonjak.

Satu tabung oksigen harganya bisa mencapai hingga 6.000 rupe atau sekitar Rp1.168.000.

"Situasi di New Delhi sangat mengerikan. Banyak orang meninggal di jalanan setelah gagal mendapatkan oksigen yang mereka butuhkan," ucap Mohit Arora dikutip Pikiran-rakyat.com (PR) dari The Guardian pada 28 April 2021.

Mohit Arora bisa menerima 1.000 panggilan telepon dalam satu hari dari mereka yang meminta tabung oksigen.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul Kesaksian Sukarelawan di India: Orang Menangis di Telepon, Minta Oksigen

"Sementara kami hanya bisa menyuplai 10-15 tabung oksigen per hari," tuturnya.

"Sungguh rasanya menyakitkan. Orang-orang menangis di ujung telepon, meminta oksigen tengah malam."

Mohit Arora terkadang sampai harus mematikan sejenak telepon genggamnya untuk bisa beristirahat.

"Kami melakukan yang terbaik yang kami bisa. Terkadang, kami mematikan telepon agar bisa beristirahat barang satu setengah jam," katanya.***(Rio Rizky Pangestu/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler