Aksi Vandalisme Untuk Binasakan Warga Tiongkok Muncul di Kuil Jepang

7 Mei 2020, 10:34 WIB
/

RINGTIMES BANYUWANGI – saat ini Covid-19 masih mewabah di seluruh penjuru dunia, kemunculannya pertama kali di Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019 lalu.

Kini pandemi covid-19 menyebar hingga 212 negara mencatat kasus positif virus corona.

Jepang menjadi salah satu negara yang memiliki kasus positif COVID-19 yang mencapai angka cukup besar yakni, 15.253 pasien.

Baca Juga: Sengaja Tinggalkan di Lautan Es, Seekor Anjing Setia Menunggu Tuannya

Munculnya pandemi COVID-19 ini memicu orang tak bertanggung jawab melakukan sebuah aksi vandalisme di sebuah kuil di Jepang.

Dikabarkan Japan Times, berdasarkan keterangan pihak kepolisian pada Selasa, 5 Mei 2020 sebuah graffiti telah ditemukan di toilet umum di Kuil Yasukuni, yang mengarah pada ancaman kepada penduduk Wuhan, yang merupakan pusat wabah virus corona di Tiongkok.

Kuil Yasukuni yang berada di distrik Chiyoda, Tokyo, Jepang, ini memiliki arti 'kuil bangsa damai' merupakan sebuah monumen yang terkait dengan perang, untuk mengenang dan menghormati para prajurit yang tewas dalam pertempuran.

Baca Juga: Ilmuwan Jerman Temukan Antibodi Remdesivir Untuk Blokir Virus Corona

Aksi vandalisme ini dilakuan di kuil yang dianggap sebagai simbol militerisme masa lalu Jepang bagi negara-negera tentangganya di Asia.

Coretan ancaman itu ditulis dengan tinta hitam dan pertama kali ditemukan pada, Senin 4 Mei 2020 sore lalu.

Polisi mengungkapkan, graffiti yang ditulis dalam bahasa Jepang itu, merupakan ancaman termasuk sebagai panggilan atau ajakan orang untuk 'membunuh semua' penduduk Tiongkok.

Baca Juga: Dipaksa Kerja Selama 18 Jam, Kapal Tiongkok Buang Jenazah ABK Indonesia ke Laut

Seperti kami kutip dari artikel berjudul Virus Corona Tak Kunjung Usai, Ancaman Binasakan Warga Tiongkok Muncul di Kuil Jepang

Coretan tersebut dituliskan di dinding kamar kecil pria yang berada di kuil, kini pihak kepolisian sedang menyelidiki insiden itu sebagai kasus kerusakan properti.

Aksi vandalisme ini terjadi, setelah Perdana Menteri Jepang mengeluarkan kebijakan terbaru terkait penanganan COVID-19.

Dikabarkan Pikiran-Rakyat.com sebelumnya, pada Senin, 4 Mei 2020 kemarin, Shinzo Abe mengumumkan bahwa kondisi darurat nasional di Jepang akan diperpanjang hingga akhir Mei.

Baca Juga: Langgar Usulan Sendiri, Profesor yang Usulkan Lockdown Positif Corona

Menurutnya, saat ini masih terlalu cepat bagi pemerintah Jepang untuk mencabut status darurat nasional yang sedang dijalankan.

"Ini akan sulit bagi kita untuk kembali pada kehidupan normal kita pada 7 Mei 2020. Kita perlu menyiapkan sesuatu untuk bersiap dalam pertempuran jangka panjang ini," ujar Perdana Menteri Shinzo Abe.

Meskipun begitu, Jepang diketahui sudah meringankan beberapa kebijakan terkait COVID-19 yang ada di sana.

Baca Juga: Enggan Beri Tunjangan, Pasangan Lansia Gugat Anaknya ke Pengadilan

Ini diutamakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan sektor ekonomi.

Kebijakan tersebut juga terkait dengan yang terjadi di pulau Hokkaido, Jepang.

Baru-baru ini, Kepulauan Hokkaido kembali memberlakukan kebijakan lockdown, setelah sebelumnya dicabut.

Baca Juga: Sempat Larikan Diri, Travel Pemudik Jakarta-Wonosobo Dikawal Polisi

Ini dikarenakan, Pulau Hokkaido kembali diserang oleh pandemi COVID-19 gelombang kedua, setelah 26 hari aturan lockdown di cabut.

Hokkaido mencatat adanya 726 kasus aktif COVID-19.

Ini melonjak drastis 80% dari gelombang pertama yang tercatat hanya 279 kasus.

Dalam sehari saja, Kepulauan Hokkaido mencatat terjadinya 18 kasus baru akibat pandemi Covid-19.(penulis: Firda Marta Rositasari)

Baca Juga: Simak 3 Cara Membuat Obat Alami Untuk Mengurangi Panas Tubuh Dengan Cepat

Editor: Firda Marta Rositasari

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler