Dia meninggalkan seorang anak perempuan berusia 11 tahun dan seorang suami, yang terakhir kali melihat ketika Mujinga dibawa dengan ambulans.
Baca Juga: Kapal Tiongkok Keruk SDA di Laut China Selatan?, Berikut Faktanya
Seperti kami kutip dari artikel berjudul Diludahi Orang Tak Dikenal, Seorang Petugas Tiket Kereta Api Meninggal karena Virus Corona
Dalam pernyataannya, TSSA menyatakan bahwa Mujinga sempat memohon agar tetap bekerja dari dalam ruangan dengan menggunakan alat pelindung usai insiden tersebut.
Namun, permintaan itu ditolak oleh pihak manajemen GTR, sehingga keduanya kembali bekerja di luar tanpa memakai Alat Pelindung Diri (APD).
Beberapa hari setelah itu, menurut TSSA, Mujinga memiliki masalah pernapasan yang membuatnya sempat menjalani operasi dan harus melakukan check up rutin ke rumah sakit.
Baca Juga: Moda Transportasi Kembali Dibuka, Kereta Api LB Angkut 62 Penumpang
TSSA menyebut pihak manajemen GTR sudah mengetahui kondisi Mujinga, bahkan setelah insiden itu.
Namun, pihak GTR baru mengizinkan Mujinga berhenti bekerja setelah dokter meneleponnya pada 25 Maret.
Sekretaris Jenderal TSSA, Manuel Cortes mengkritik keras pihak perusahaan dan menuduh pihak GTR tidak menganggap serius insiden penyerangan terhadap Mujinga.