Sembuh dari Covid-19, Pasien Beresiko Lebih Tinggi Alami Gangguan Kejiwaan

- 4 Agustus 2020, 20:04 WIB
Ilustrasi gangguan jiwa. / PIXABAY
Ilustrasi gangguan jiwa. / PIXABAY /

RINGTIMES BANYUWANGI – Menurut penelitian oleh rumah sakit San Raffaele di Milan mengungkapkan bahwa pasien yang sembuh dari Covid-19 dapat alami tingkat gangguan kejiwaan yang lebih tinggi.

Gangguan kejiwaan yang bisa dialami oleh pasien sembuh Covid-19 ini yaitu gangguang stres pascatrauma (PTSD), kecemasan, insomnia dan depresi.

Hasil survei dari 402 pasien yang diawasi pasca menjalani masa pengobatan Covid-19, separuh dari jumlah tersebut mengalami setidaknya satu gangguan kejiwaan seperti yang telah disebutkan di atas.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul Tim Peneliti Ungkap Pasien yang Sembuh dari Covid-19 Alami Gangguan Kejiwaan Lebih Tinggi

Baca Juga: Daun Jeruk Dapat di Manfaatkan Sebagai Tanaman Herbal, Salah Satunya Mengurangi Nyeri Sendi

Berdasarkan hal tersebut, satu gangguan kejiwaan pasien sembuh Covid-19 setara dengan keparahan inflamasi selama sakit serta saat menjalani perawatan.

Banyaknya jumlah pasien yang diawasi itu adalah 265 pria dan 137 perempuan, yang diawasi serta diperiksa setelah jalani perawatan satu bulan di rumah sakit.

"Jelas bahwa inflamasi yang disebabkan oleh penyakit tersebut juga dapat bereaksi terhadap tingkat kejiwaan," kata profesor Francesco Benedetti, ketua kelompok Unit Penelitian di Psychiatry and Clinical Psychobiology di San Raffaele, melalui pernyataan yang dilaporkan Reuters.

Laporan itu dipublikasi di jurnal ilmiah Brain, Behavior and Immunity pada Senin.

Baca Juga: Terjangan Puting Beliung Sebabkan Pohon Tumbang, Tewaskan 1 Warga hingga 6 Nelayan Hilang

Berdasarkan wawancara klinis dan pertanyaan tentang penilaian diri, para dokter menemukan PTSD pada 28 persen kasus, depresi 31 persen, kecemasan 42 persen dan insomnia 40 persen, dan akhirnya gejala obsesif kompulsif 20 persen.

Menurut studi, perempuan paling banyak mengalami kecemasan dan depresi meski keparahan infeksinya lebih rendah, menurut pernyataan.

"Kami berhipotesis bahwa ini bisa saja karena fungsi sistem imun yang berbeda," kata Profesor Benedetti seperti dikutip oleh ringtimesbanyuwangi.com dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.

Walhasil, efek kejiwaan yang tidak begitu serius ditemukan pada pasien rawat inap ketimbang pasien rawat jalan.

Baca Juga: Tak Disangka Ternyata Belimbing Wuluh Punya Segudang Manfaat, Salah Satunya Obati Diabetes

Dampak kejiwaan dari Covid-19 dapat disebabkan baik dari respons imun terhadap virus itu sendiri maupun dari faktor stres psikologi seperti stigma, isolasi sosial dan kekhawatiran penularan terhadap orang lain, katanya.

Hasil tersebut akan menyoroti kekhawatiran soal potensi komplikasi kesehatan yang melemahkan bagi pasien sembuh Covid-19.

Awal Agustus ini para ilmuwan memperingatkan kemungkinan gelombang kerusakan otak terkait virus corona pada pasien Covid-19.***(Abdul Muhaemin/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Dian Effendi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x