Setelah tempat yang dimaksud sudah ditinjau, maka tahapan selanjutnya yakni mematangkan konsep. Proses ini, kata dia, membutuhkan waktu satu bulan. Karena sebagian pelanggan belum mengetahui pernikahan dengan konsep seperti ini.
"Kita beri pengetahui dulu, perkenalkan ke mereka agar sepakat," ujar dia.
Baca Juga: Sebuah Sekolah di AS Larang Siswanya Pakai Piyama Saat Belajar Online
Berdasarkan pengamatan di lokasi pernikahan Yunita dan Karim, tamu undangan hanya diperkanankan tetap di dalam mobil. Begitu tiba mereka sudah mendapatkan pelayanan dari panita.
Pelayanan itu, seperti mengisi buku tamu. Mereka hanya diminta menyebutkan nama. Begitu juga bila tamu undangan ingin memberikan kado atau amplop.
Para tamu undangan tinggal memberikan ke petugas, yang kemudian tamu undangan langsung bisa temu sapa dengan kedua mempelai atau orangtua mempelai. Mereka hanya diperkanankan untuk membuka kaca mobil.
Baca Juga: 55 Tahun Singapura, Sejarah Kedaulatan Macan Asia
Setelah bertemu sapa dengan kedua mempelai, mereka pun lantas kembali diberhentikan, untuk membawa bingkisan atau nasi kotak yang disediakan oleh panitia.
Adapun biaya konsep pernikahan literatur ini bisa mencapai Rp100-Rp150 juta. Adapun biaya biasa disesuaikan setelah tim WO telah mengetahui keinginan sang pemesan.
Seperti pernikahan yang dilakukan Yunita dan Karim, kata dia, konsep pernikahan ini memadukan konsep konvensional dengan drive thru yang ada di perusahan-perusahaan pelayanan mandiri.