Tuntutan Panupong Jadnok dalam Aksi Protes Anti-Pemerintah Thailand

- 26 Agustus 2020, 20:24 WIB
Panupong Jadnok mengungkapkan tuntutan atas aksi protes anti-pemerintah Thailand
Panupong Jadnok mengungkapkan tuntutan atas aksi protes anti-pemerintah Thailand /CHOLTANUTKUN TUN-ATIRUJ/

RINGTIMES BANYUWANGIArnon Nampa dan Panupong Jadnok, seorang aktivis mahasiswa yang menyerukan protes anti-pemerintah, ditahan atas tuduhan penghasutan sehubungan dengan aksi protes Pemuda Bebas di Universitas Thammasat, Kampus Rangsit pada 10 Agustus. Keduanya telah ditangkap sebelumnya.

Pada 15 Juli 2020 lalu, ketika Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-O-Cha mengunjungi provinsi Rayong, aktivis anti-pemerintah, Panupong Jadnok dan rekannya Natchanon “Non” Payakaphan melakukan aksi protes.

Panupong mengangkat tanda protes bertuliskan,"Jaga penjaga, ayahmu." (Mengatakan "ayahmu" dengan cara yang negatif dianggap sebagai penghinaan yang besar).

Baca Juga: Pembahasan Soal Bahasa Indonesia untuk kelas 10 tingkat SMA/MA

Setelah terjadinya aksi tersebut, protes anti-pemerintah yang lebih kecil mulai bermunculan di Bangkok, Chiang Mai, Ubon Ratchathani serta wilayah lainnya.

Reporter THISRUPT sempat mewawancarai Panupong Jadnok terkait aksi protes anti pemerintah yang ia lakukan tersebut.

Berikut hasil wawancara terkait tuntutan Panupong Jadnok dalam aksi protes anti-pemerintah tersebut, dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari situs THISRUPT pada 22 Juli 2020 lalu.

Bagaimana Insiden di Rayong Berawal dan berakhir?

Ketika Prayut meninggalkan Rayong, polisi meninggalkan kami sendiri. Kami pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan medis terkait peristiwa yang menganiaya kami.

Kami kemudian memutuskan untuk menuntut polisi atas penahanan yang melanggar hukum, penculikan, penyerangan fisik, dan penyalahgunaan wewenang.

Baca Juga: Ramalan Shio Hari Kamis, 27 Agustus 2020, Mulai Dari Shio Ayam Menunjukkan Fleksibilitas Hubungan

Apa tuduhan hukum yang saat ini Anda hadapi?

Menyerang petugas polisi, melarikan diri dari pihak berwenang. Obstructing police officers. Fleeing from the authorities. Melanggar hukum darurat. Planggaran aksi profokatif.

Pemerintah memiliki kekuatan apapun yang mereka inginkan terhadap kita. Tidak ada keadilan untuk rakyat.

Bagaimana rencana Anda untuk melawan?

 

Kami telah mengajukan keluhan. Kami menyerahkan surat kepada Lembaga Hukum, Keadilan, dan Hak Asasi Manusia.

MP Sira Jenjaka [Partai Palang Pracharat] adalah ketua komite. Dia akan membantu kasus ini.

Baca Juga: 5 Usaha Rumahan yang Lagi Trend, Hasilkan Untung Besar di Tahun 2020

Kami harus terus berjuang. Kami tidak boleh menyerah. Apa yang kami telah kami lakukan sudah terlalu banyak.

Kemarin (20 Juli 2020), seorang polisi dari Rayong menelepon saya dan berusaha bernegosiasi dengan kami.

 

Seberapa percaya diri Anda bahwa MP Sira akan membantu Anda dalam kasus ini?

Saya tidak percaya diri. Tapi kami ingin membuktikan komitmennya untuk membantu rakyat.

Tentang protes di monumen Demokrasi, apakah menurutmu pemerintah akan menuntut?

Ada sedikit celah bahwa mereka akan menyerah pada tuntutan kita. Beberapa pemimpin aksi protes masih dilecehkan. (polisi tak berseragam) masih mengetuk pintu rumahnya.

Baca Juga: Masih Ragu Jadi Pengusaha, Ketahui Keuntungan Usaha Rumahan Berikut Ini

Apa langkah Anda selanjutnya?

Akan ada aksi protes anti-pemerintah yang lebih banyak, dan lebih signifikan.

Seluruh mahasiswa di seluruh Thailand akan berkumpul di Monumen Demokrasi. Aksi protes ini akan menandai babak baru bagi Thailand, seperti pada 14 Oktober 1973.

Tetapi tidak akan ada aksi berdarah. Kami hanya ingin mereka mendengar kami.

Apa Anda takut?

Ini bukan pertama kalinya saya terlibat kasus seperti ini. Saya menjadi sukarelawan di  Pemimpin Muda Thailand selama tiga tahun dan telah mengalami banyak ancaman. Saya bahkan ditembak. Saya sangat terbiasa dengan itu.

Baca Juga: Masih Ragu Jadi Pengusaha, Ketahui Keuntungan Usaha Rumahan Berikut Ini

Jika saya harus saya harus mengorbankan sesuatu untuk demokrasi, nyawa saya misalnya, akan sia-sia. Tidak akan ada yang perlu ditakuti.

Bagaimana perasaan Anda ketika seseorang mengatakan "Politik tidak untuk mahasiswa, mahasiswa seharusnya fokus untuk belajar"?

(Tertawa) Jika Anda mengatakan bahwa mahasiswa adalah masa depan bangsa, kemudian kami tentu punya hak, dan bahkan lebih banyak alasan, untuk terlibat dalam politik.

Negara adalah masa depan kami, dan itulah kenapa kami harus melindungi masa depan kami.***

 

Editor: Dian Effendi

Sumber: THISRUPT


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x