Menengok Rumah Produksi Gula Merah Lokal Milik Pengusaha Muda di Jambewangi

- 25 Januari 2021, 20:55 WIB
Rumah Produksi Gula Merah Lokal di Banyuwangi.
Rumah Produksi Gula Merah Lokal di Banyuwangi. /Salis Ali Muhyidin/Ringtimes Banyuwangi/

RINGTIMES BANYUWANGI – Saat ini bisnis gula merah diketahui semakin manis bagi kantong pengusaha. Bagaimana tidak, meski karena pandemi Covid-19, ekonomi Indonesia juga ikut terpengaruh, namun ternyata produksi gula merah masih terus bisa berjalan akibat masih adanya permintaan.

Gula, sebagaimana diketahui merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia. Sejalan dengan itu, tentu usaha produksi gula merah ini menjadi peluang usaha yang bisa menjadi investasi jangka panjang.

Saat ini, meski penyadap nira kelapa sudah sangat jarang ditemui, yang artinya produksi gula merah dari nira kelapa juga semakin jarang untuk ditemukan, namun bisnis gula merah masih terus bisa memperjuangkan pasarnya.

Baca Juga: Gratis Ongkir Rp0 & ShopeePay Deals Rp1 Menanti di Promo Bulanan Shopee SMS!

Kini para pengusaha gula merah beralih untuk mengolah gula merah dari gula rafinasi, atau yang banyak disebut orang sebagai gula merah proses.

Salah satu pengusaha muda yang saat ini sedang menjalankan usaha rumahan gula merah adalah Davin Darmawan.

Anak muda bertubuh gempal yang menjalankan usahanya di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu tersebut terhitung sudah satu tahun lebih menekuni usaha produksi gula merah.

Baca Juga: Kerajinan Tali Kur Desa Pondoknongko Banyuwangi, Jadi Potensi Bisnis UMKM Menjanjikan

Ditemui tim Ringtimesbanyuwangi.com pada 25 Januari 2021 untuk diwawancarai, Davin menuturkan jika dulunya dia hanya menjalankan usaha sebagai pengepul gula merah saja.

“Dulunya hanya sebagai pengepul gula merah saja, akan tetapi setelah lama berkecimpung di dunia gula merah saya mulai belajar untuk memproduksi sendiri,” ujar Davin.

Davin mengaku, saat ini masih terus belajar untuk mengolah gula merah dengan lebih baik lagi.

Baca Juga: Tinggalkan Dunia Pertanian, Pengrajin Lidi di Desa Pakistaji Jadi Mentor Generasi Muda

Dalam sehari, rumah produksi gula merah miliknya tersebut mampu memproduksi gula merah mulai dari 4.5 hingga 6 kuintal yang kemudian ia pasarkan ke Surabaya dan Bali.

“Biasanya, seminggu sekali ada yang ngambil dari Surabaya atau Bali, bahkan dulu bulan puasa sempat seminggu dua kali kirim ke Bali.”

Kini hambatan dalam usahanya adalah mahalnya bahan bakar kayu untuk memasak gula merah.

Dibandingkan dengan sentra pembuatan gula merah di Lumajang, bahan  bakar kayu disini menurutnya terlampau mahal, sehingga sulit bagi usahanya untuk mematok harga yang lebih murah lagi.  

Baca Juga: Tarik Pande Pengrajin Besi Kondang di Kabat Banyuwangi, Icipi Orderan dari Jakarta

Saat ini Davin berharap agar nantinya usaha yang ia jalankan sekarang bisa berkembang lebih baik lagi, dan dirinya mampu menjadi produsen gula merah di pasar lokal Banyuwangi.

“Harapannya, nantinya saya bisa menjadi produsen utama gula merah di Banyuwangi, selama ini kan masih di luar saja seperti Surabaya dan Bali. Penginnya ya bisa di sini juga,” ujar dia.

Saat ini faktor yang membuatnya tidak bisa bersaing di pasar Banyuwangi adalah murahnya gula yang ada disini, menurutnya gula-gula merah di Banyuwangi kini disuplai dari Jember dan mampu menawarkan harga yang lebih murah.

Baca Juga: Pengrajin Kayu di Desa Alasmalang, Sebagai Basis Ekonomi Mandiri

Untuk itu, kini ia terus melakukan percobaan-percobaan dan tentunya terus belajar agar bisa menghasilkan gula merah dengan kualitas yang bagus namun tetap bisa bersaing perihal harga.***     

Editor: Shofia Munawaroh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x