Daging Babi di Majalengka Boleh Diperjualbelikan Tapi, Syarat Ini Harus Dipenuhi

14 Mei 2020, 19:10 WIB
/

  RINGTIMES BANYUWANGI - Kepolisian Resort Majalengka dan Dinas Perdagangan lakukan sidak ke sejumlah pasar tradisional di Majalengka.

Untuk memantau kemungkinan adanya peredaran daging babi yang dimanipulasi menjadi perdagangan daging sapi serta memantau stok bahan pangan jelang lebaran.

Tim Satgas Pangan mengecek setiap kios daging di Pasar Kadipaten dan Majalengka memeriksa kondisi daging yang diperdagangkan mulai tekstur hingga kondisi serat daging khawatir bercampur daging babi seperti yang terjadi di daerah Bandung tempo hari.

Baca Juga: Saat Covid-19, Kelompok Muda Diberi Kesempatan Jalankan Perekonomian

“Kami memantau peredaran daging, dan ternyata daging yang diperjualbelikan di Pasar Majalengka seluruhnya daging sapi dan kambing. Kebetulan di Majalengka juga tidak ada perdagangan daging babi.

Daging babi boleh diperjualbelikan asal terbuka memberitahukan kepada konsumennya karena tidak ada larangan. Yang dilarang adalah memanipulasi daging,” ungkap Kasat Reskrim Polres Majalengka Ajun Komisaris Polisi Wafdan Mutaqin.

Menyangkut stok pangan di pasaran menurut Wafdan saat ini tersedia cukup, bahkan stok beras di beberapa pedagang mencukupi untuk beberapa minggu ke depan.

Baca Juga: Geger, Warga Panti Jember Temukan Bayi Sudah Tak Bernyawa

Seperti kami kutip dari artikel berjudul Kabupaten Majalengka Ternyata Tak Larang Daging Babi Diperjualbelikan, Ini Syaratnya

Pada pedagang pun memiliki stok di gudang dalam jumlah banyak. Demikian juga dengan stok daging, terigu, minyak goreng, telur dan sejumlah kebutuhan pokok lainnya.

Harga-harga kebutuhan pokok juga masih stabil, malah ada beberapa kebutuhan pokok yang cenderung mengalami penurunan seperti halnya telur yang beberapa minggu lalu sempat mencapai Rp 25.000 per kg kini hanya Rp 22.000 per kg.

Harga beras tidak mengalami kenaikan tetap di kisaran antara Rp 10.000 hingga Rp 11.500 per kg untuk beras premium.

Baca Juga: Operasi Matanya Gagal, Wanita Ini Terpaksa Tidur Pakai Selotip

Sementara itu sejumlah pedagang beras mengaku perdagangannya lesu belakangan ini kondisi ini diduga dipicu oleh musim panen yang baru dua pekan usai, serta banyaknya peredaran beras di masyarakat yang berasal dari bantuan pemerintah.

“Pengaruh bantuan beras atau pangan non tunai ini tinggi ke pedagang beras mah. Bisa lesu berminggu-minggu apalagi sekarang bantuan pangan untuk masyarakat jelang lebaran ini datang dari mana-mana tidak hanya dari pemerintah namun juga dari partai dan kepolisian,” ujar Endang salah seorang pedagang beras.

Baca Juga: Benarkah Smartphone Bisa Bakar Kain Wol? Berikut Penjelasannya

Makanya menurut Endang dirinya tidak banyak menyimpan stok karena perdagangan tengah lesu. Kondisi ini diprediksi akan terus berlangsung hingga pandemi selesai.

“Sekarang ini ada keluarga yang punya stok beras bantuan hingga 25 kg. Kalau jumlah anggota keluarga tiga orang bisa dua minggu tidak membeli beras dia,” katanya.(penulis: Firda Marta Rositasari)

Baca Juga: Terlalu Lama Pakai Headset, Telinga Bocah Ini Jadi Sarang Jamur

Editor: Firda Marta Rositasari

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler