Para Ahli Sebut Aksi Protes George Floyd Bisa Jadi Sebaran Baru Covid-19

- 4 Juni 2020, 12:56 WIB
PARA demonstran melakukan aksi protes atas kematian pria berkulit hitam George Floyd di Trafalgar Square, London, Inggris pada Minggu, 31 Mei 2020.*
PARA demonstran melakukan aksi protes atas kematian pria berkulit hitam George Floyd di Trafalgar Square, London, Inggris pada Minggu, 31 Mei 2020.* /The Guardian/

Pandemi dan kerusuhan bersama telah menjerat negara Amerika Serikat. Demonstrasi menentang kebrutalan polisi. Bahkan para demonstran yang damai dan bermasker serta para jurnalis yang meliput mereka tak ayal mendapat respons polisi yang terlalu agresif.

"Saya tidak berpikir ada pertanyaan apakah akan ada lonjakan kasus dalam 10 hingga 14 hari," kata Mark Shrime , seorang peneliti kesehatan masyarakat di Harvard.

Maimuna Majumder, seorang ahli epidemiologi komputasi di Boston Children's Hospital dan Harvard Medical School menyetuji hal itu.

Baca Juga: Akibat COVID-19 Kematian Perawat Melonjak Lebih dari Dua Kali Lipat

 

Namun risiko itu tidak membuat Majumder menentang protes.

"Saya pribadi percaya bahwa protes-protes khusus yang menuntut keadilan bagi kulit hitam dan coklat yang telah dilecehkan oleh polisi ini, adalah tindakan yang perlu," katanya dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs The Atlantic. 

Ia mengatakan bahwa rasisme struktural telah menjadi krisis kesehatan publik lebih lama daripada pandemi.

Bahkan pandemi COVID-19 telah membahayakan orang kulit hitam secara tidak proporsional.

Baca Juga: Diseret Disungai Depan Ayahnya, Sang Anak Tengah Jadi Santapan Buaya,

Sementara sekitar 13 persen orang Amerika berkulit hitam, seperempat dari semua COVID-19 kematian di mana ras korban diketahui menimpa orang kulit hitam.

Halaman:

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: Pikiran Rakyat Tasikmalaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x