Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Tonggak Kemajuan Kerajaan Banten

- 4 Agustus 2020, 07:05 WIB
/

RINGTIMES BANYUWANGI - Sultan Ageng Tirtayasa atau Pangeran Surya lahir di Banten pada tahun 1961, Sejak kecil ia bergelar Pangeran Surya, ayahnya bernama Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad sultan Banten periode 1940-1960 dan Ibunya bernama Ratu Martakusuma.

Sultan Ageng Tirtayasa masih memiliki hubungan darah dengan Sunan Gunung Jati melalui anaknya Sultan Hasanuddin.

Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari berbagai sumber, beliau diangkat menjadi Sultan Muda dengan gelar Pangeran Dipati setelah ayahnya wafat.

Baca Juga: Istana Perketat Protokol Kesehatan, Siapapun yang Ingin Bertemu Presiden Wajib Swab dan Rapid Test

Raden Ageng Tirtayasa merupakan pewaris tahta Kesultanan Banten, ayahnya belum sempat diangkat menjadi sultan karena kakeknya masih memimpin kesultanan Demak, hingga ayahnya wafat.

Pada tahun 1651 ketika kakeknya sultan Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Qodir wafat, Raden Ageng kemudian naik tahta menjadi Sultan Banten ke 6 dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa.

Dibawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, kesultanan Demak mencapai puncak kejayaan dan kemegahannya, ia membangun sistem pertanian dan irigasi, ia juga berhasil menyusun armada perangnya.

Baca Juga: Nama Kiper Legendaris 'Schmeichel' Dikabarkan Kembali ke Manchester United

Salah satu penyebab keberhasilan Sultan Ageng Tirtayasa adalah hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan besar di Indonesia seperti, Makasar, Cirebon, Indrapura dan Bangka.

Sultan Ageng Tirtayasa juga mempunyai hubungan yang baik di bidang perdagangan dan pelayaran dengan negara-negara asing seperti Inggris, Turki, Denmark serta Prancis.

Hubungan inilah yang membuat pelabuhan Banten ramai dikunjungi oleh para pedagang dari luar seperti Arab, India, Cina serta Filipina.

Pada pemimpin Sultan Ageng Tirtayasa pula konflik antara kesultanan Banten dan belanda semakin meruncing, penyebabnya adalah campur tangannya Belanda dalam internal kesultanan Banten yang saat itu sedang melakukan pemisahan pemerintahan.

Baca Juga: Sinopsis Film Biker Boyz, Kisah Pebalap Bawah Tanah Bersaing dengan Pengendara Legendaris

Belanda melalui politik adu dombanya menghasut Sultan Haji (Abu Nashr Abdul Kahar) melawan pangeran Arya Purbaya yang merupakan saudaranya sendiri.

Sultan Haji yang mendapat hasutan dari Belanda, mengira bahwa pembagian tugas pemerintahan oleh Sultan Ageng Tirtayasa kepada ia dan saudaranya merupakan upaya menyingkirkan dirinya dari pewaris tahta kesultanan dan diberikan kepada adiknya.

Sultan Haji yang didukung VOC Belanda kemudian berusaha menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa.

Perang keluarga pun pecah, pasukan Sultan Ageng Tirtayasa pada saat itu mengepung pasukan Sultan Haji di daerah Sosrowan. Namun pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Tack Dan Saint-Martin datang untuk membantu pasukan Sultan Haji.

Baca Juga: ISIS Mengebom dan Menyerang Penjara Afghanistan, Puluhan Tahanan Kabur

Perang keluarga yang berlarut-larut membuat kesultanan Banten melemah. Akhirnya di tahun 1683 Sultan Ageng di tangkap dan dipenjara di Batavia.

Di tahun 1692, Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya wafat dan dimakamkan di Kompleks Pemakaman raja-raja Banten di provinsi Banten.

Atas jasa-jasanya kepada negara, Sultan Ageng Tirtayasa diberikan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, pada tanggal 1 Agustus 1970.***

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x