Nadiem Makarim Merespon Kritikan Terkait Membuka Sekolah Ditengah Pandemi Covid-19

- 12 Agustus 2020, 21:00 WIB
Nadiem Makarim merespon kritikan terkait membuka sekolah
Nadiem Makarim merespon kritikan terkait membuka sekolah /Pikiran-Rakyat//Pikiran-Rakyat

RINGTIMES BANYUWANGI - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan Indonesia telat dalam membuka sekolah dibanding dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara di masa pandemi Covid-19.

Hal itu merupakan respons Nadiem terkait banyaknya kritik kebijakannya mengizinkan pembelajaran tatap muka di sekolah untuk zona kuning atau risiko rendah dan hijau Covid-19.

"Di satu sisi memang bisa dilihat pilihan yang berani (membuka sekolah di tengah pademi). Tapi di sisi lain, kita juga bisa lihat kita telat. Jika kita lihat negara di Asia Tenggara, kita negara terakhir kedua yang membuka kembali sekolah," kata Nadiem melalui konferensi video dalam diskusi Rabu 12 Agustus 2020 seperti yang dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari Galamedianews.com

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Galamedianews.com dengan judul Tuai Kritikan Soal Membuka Sekolah di Masa Pandemi Covid-19, Begini Repons Nadiem Makarim

Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah Menjadi Rp14.777 per Dolar AS Pada Rabu Sore

Nadiem menjelaskan, keputusannya untuk membuka sekolah di zona kuning dan hijau Covid-19 diambil dengan pertimbangan yang sangat matang. Sekolah bisa mulai dibuka apabila pemerintah daerah dan komite sekolah mengizinkan.

Selain itu, pendapat para orang tua atau wali murid mengenai diizinkan atau tidak diizinkan anaknya belajar tatap muka meskipun sekolahnya telah dibuka juga diperhitungkan.

Pendiri Go-Jek itu pun memastikan pembelajaran tatap muka dilakukan dengan berbagai pembatasan. Seperti pemangkasan jumlah siswa hingga 50 persen kapasitas, penutupan kantin, hingga pelarangan aktivitas ekstrakurikuler.

"Bahkan di zona hijau yang kita umumkan dua bulan lalu, hanya 25 persen sekolah yang akhirnya memutuskan pembelajaran tatap muka," ujarnya.

Baca Juga: Inilah Daftar Situs Resmi Hasil SBMPTN yang Akan Rilis 14 Agustus 2020

Nadiem mengatakan kebanyakan kota besar di Indonesia juga belum melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah. Ia menilai keputusannya dalam membuka sekolah kembali di tengah pandemi virus corona merupakan langkah yang konservatif.

Lebih lanjut, Nadiem khawatir muncul dampak negatif dari pembelajaran jarak jauh (PJJ) terhadap pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, ia mengambil kebijakan membuka sekolah meskipun kasus Covid-19 masih terus bertambah.

Menurut Nadiem, dari kasus yang dialami negara lain di masa lalu, banyak studi menemukan dampak signifikan ketika siswa tidak dapat bersekolah tatap muka dalam waktu yang panjang.

Ia menyebut para siswa bisa terkena dampak psikologis, mulai dari stres, kesepian sampai ketegangan dengan orang tua dan keluarga. Untuk itu, Nadiem menilai siswa harus secepatnya kembali ke sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.

Baca Juga: Rekomendasi Brand Sepatu Lokal Harga Terjangkau, Trendi, dan Kualitas Terjamin

Nadiem memahami kebijakannya menuai banyak kritik. Ia mengakui keputusannya itu berisiko di sisi keamanan dan kesehatan warga sekolah. Menurutnya, kritik akan selalu datang dari setiap kebijakan yang diambil.

"Ketika kami memutuskan PJJ, begitu banyak kritik dari siswa dan orang tua yang tidak mampu membeli kuota. Mereka bilang tolong biarkan kami ke sekolah sesekali. Selalu akan ada dua opini dalam hal ini," katanya.

Sebelumnya kritik terhadap kebijakan Nadiem membuka sekolah di zona hijau berdatangan dari guru dan organisasi pendidikan. Mereka khawatir pembukaan sekolah akan menjadi klaster baru penyebaran virus corona.***(Dicky Aditya/Galamedianews)

Editor: Dian Effendi

Sumber: Galamedianews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x