Taliban Bersikeras Pidato di PBB, Minta Pengakuan Dunia

22 September 2021, 21:15 WIB
Taliban ingin pidato didepan PBB meminta pengakuan dunia. /Andrew Kelly/Reuters/Reuters

RINGTIMES BANYUWANGI – Taliban sebagai penguasa terbaru Afghanistan ingin berpidato di depan majelis umum PBB.

Keinginan Taliban berpidato di depan PBB tersebut guna meminta pengakuan dunia atas pemerintahan baru Afghanistan dibawah mereka.

Taliban menginginkan menyampaikan pidatonya dalam pertemuan tingkat tinggi Majelis Umum PBB pada minggu ini.

Baca Juga: Isu Taliban Terpecah Dua, Kekuasaan Baru Afghanistan Diragukan

Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyebut pihak sekertaris Jenderal PBB sudah menerima surat mengenai daftar delegasi Afghanistan untuk sesi 76 nanti dari duta besar Afghanistan.

Dilansir dari Economic Times pada Rabu, 22 September 2021, pihak juga menerima kop surat yang sudah ditandatangani Menteri Luar Negeri terbaru Afghanistan.

Menteri Luar Negeri Afghanistan Ammer Khan Muttaqi menyampaikan dalam suratnya bahwa Ashraf Ghani sudah digulingkan pada 15 Agustus 2021 sehingga mantan presiden tersebut sudah tak bisa diakui sebagai pemimpin Afghanistan.

Baca Juga: ISIS Klaim Serangan Bom Mematikan yang Targetkan Taliban di Afghanistan

Taliban menyebut sudah memberi calon yang mewakili parlemen baru di PBB yakni Mohammad Suhail Shaheen.

Afghanistan akan menghadiri pertemuan tingkat tinggi PBB pada 27 September 2021 dan dijadwalkan memberikan pidato.

Mengenai siapa yang akan memberikan kata dalam pidato tersebut, pihak Taliban belum mengatakan dengan jelas.

Baca Juga: Taliban Perintahkan Sekolah di Afghanistan Dibuka untuk Laki-laki, Tidak Perempuan

Sebelumnya, Taliban pernah mengakui sebagai pemerintahan baru di Afghanistan pada 1996 hingga 2001, namun PBB menolak untuk mengakui pemerintahan tersebut.

Taliban menyebut keinginannya berpidato agar diakui dunia dan komunits internasional serta bantuan keuangan untuk negaranya.

Namun permasalahan mencuat mengenai daftar delegasi menteri Afghanistan terbaru yang ternyata masuk dalam daftar teroris.***

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Economic Times

Tags

Terkini

Terpopuler