Kisah Menarik Pembangunan Masjid Al Hidayah, Usung Konsep Optimisme Berkelanjutan

- 5 April 2022, 07:15 WIB
Masjid Al Hidayah di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi sedang dalam tahap renovasi.
Masjid Al Hidayah di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi sedang dalam tahap renovasi. /Moch. Rifqi Wildan/Ringtimes Banyuwangi/

RINGTIMES BANYUWANGI - Masjid Al Hidayah yang terletak di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, saat ini mengalami renovasi secara menyeluruh.

Dibalik pembangunan yang cukup meriah dan apik, terdapat kisah menarik yang bisa kita petik sebagai tuntutan.

Terlihat dari arsitektur bangunan Masjid Al Hidayah memiliki keelokan yang luar biasa untuk masjid pedesaan, nuansa desa nan sunyi menambah daya tarik para jemaah menjadi betah.

Baca Juga: Warga Menyambut Hangat Pembukaan Acara Street Food Festival di Banyuwangi

Memang dalam pembangunan Masjid Al Hidayah memakan rupiah biaya cukup melimpah, namun seluruh warga Jambewangi menggunakan banyak cara untuk merampungkan sebelum Idul Fitri tiba.

Sutriono merupakan salah seorang warga yang memiliki peran dalam pembangunan Masjid.

Laki-laki yang akrab disapa Sutri tersebut menjelaskan bahwa kosep optimisme merupakan kunci berjalannya pembangunan.

Perlu diketahui membangun ruman ibadah membutuhkan dana yang cukup melimpah.

"Namanya membangun masjid itu berbeda dengan membangun rumah, kalau kita yakin pasti diberi jalan sama tuhan dan itupun pasti ada jalan tersendiri yang secara rasional kita tidak mengetahui," jelasnya saat diwawancarai tim Ringtimes Banyuwangi pada Senin, 4 April 2022.

Baca Juga: Resmikan Street Food Festival, Bupati Banyuwangi Jadikan Momentum Ramadhan untuk Pulihkan Ekonomi

Sebagai seorang muslim, Sutri menegaskan bahwa kita harus memiliki keyakinan yang bulat atas kehendak yang diberikan Tuhan.

Pada saat pembangunan tempat ibadah, mereka membutuhkan dana sekitar Rp2 miliar, sedangkan dana yang terkumpul hanya sekitar Rp150 juta.

Tetapi dengan tekat dan keinginan kuat warga kampung, akhirnya terkabul dan terwujud pembangunan.

"Masjid itu membutuhkan dana pembangunan sekitar Rp2 miliar, tapi kita hanya punya duit Rp150 juta," tegasnya.

Baca Juga: Dinas Kesehatan Memantau Langsung Acara Street Food Festival di Banyuwangi, Utamakan Kesehatan dan Kebersihan

Diiringi dengan wawasan dan pengetahuan, warga kampung tidak ingin membangun tempat ibadah yang biasa-biasa.

Mereka juga berniat membangun tempat ibadah yang megah dan bermanfaat untuk generasi setelahnya.

"Semua orang sepakat, kalau ingin bangun masjid jangan yang biasa-biasa harus bagus biar bisa digunakan sampai beberapa generasi," ungkapnya.

Namun saat pembangunan akan dimulai terjadi masalah mengenai lahan parkir yang belum dipikirkan.

Baca Juga: UMKM Unggulan Industri Rumahan Tahu di Desa Gitik Banyuwangi Keluhkan Harga Kedelai Mahal

Setelah itu Sutri berusaha untuk membeli tanah yang berada tepat di depan tempat ibadah.

Tetapi hasilnya nihil, tanah yang dibutuhkan tidak untuk dijual, melainkan diwakafkan untuk pembangunan.

"Tidak boleh pak, tanah itu tidak boleh dijual sama ayah saya, tapi bolehnya diwakafkan," ujar pemilik tanah kepada Sutri.***

Editor: Shofia Munawaroh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah