RINGTIMES BANYUWANGI - Desa Jambewangi, Sempu, Banyuwangi, merupakan salah satu Daerah yang memiliki luas wilayah paling lebar di Kabupaten Banyuwangi.
Desa Jambewangi memiliki kurang lebih 123 RT, Jambewangi juga merupakan daerah yang berpotensi besar untuk menyokong pertanian Banyuwangi.
Meskipun demikain, Desa Jambewangi memiliki akses yang cukup sulit sering di temui di Desa Jambewangi, terutama di wilayah pedalaman hutan yang berpenduduk.
Baca Juga: Pesona Tersembunyi Pantai Waru Doyong Kumendung Muncar, Alternatif Destinasi Wisata Banyuwangi
Sebagai penganggulangan keterbatasan, Desa Jambewangi memiliki Rumah Singgah Mitra Bersama, yakni adalah sepetak tempat yang dibangun untuk kepentingan sosial masyarakat pedalaman.
Fungsinya untuk mengatasi darurat sosial Rumah Singgah berfungsi sebagai tempat transit untuk masyarakat yang sangat membutuhkan pertolongan medis.
Sugeng selaku Kepala Dusun (Kadus) menjelaskan, bahwa Rumah Singgah dibentuk atas pertimbangan mengenai keselamatan jiwa masyarakat pedalaman Jambewangi. Idenya bermula ketika Sugeng dengan seorang Bhabinsa mengunjungi kampung yang disebut Telocor.
Baca Juga: Perkuat Ekspor, Petani Kopi Banyuwangi Difasilitasi Bertemu Pembeli Luar Negeri
"Berawal dari kunjungan kami dengan menggunakan motor Matic dan Supra" ucap Sugeng.
Sedikit kisah, pada saat itu, motor yang dinaikinya mengalami kerusakan setelah melewati jalan menuju kampung Telocor.
Kondisi Jalan saat itu berbentu batu yang tidak memiliki aspal sedikit pun, dengan jalan yang menanjak dikelilingi jurang curam sehingga membuat perjalanan menguji adrenalin.
Adapun jarak tempuh antara kampung dengan desa juga cukup jauh dengan jalan yang telah rapuh.
Baca Juga: Tren Covid-19 Nasional Mulai Meningkat, Banyuwangi Masifkan Vaksin Booster
Pada cerita lain, terdapat cerita ketika seorang wanita hamil yang akan melahirkan. Keterbatasan alat transportasi juga menjadi kendala yang sampai saat ini belum juga teratasi.
Dengan kendaraan seadanya, wanita tersebut dinaikkan Grandong (motor bermesin diesel) menuju kota untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Tetapi naas ketika dalam perjalanan, bayi yang dia kandung keluar terlebih dahulu.
"Dan juga kisah Ibu-ibu hamil yang lahir di Kabin Grandong," ungkap Sugeng.
Setelah merasakan susah serta payah melalui medan menuju Kampung Telocor, Sugeng dan Babinsa memiliki rencana untuk mendirikan tempat sebagai penginapan pertama bagi mereka yang memerlukan bantuan medis.
Dari kejadian tersebut akhirnya Sugeng mendirikan Rumah Singgah yang sampai saat ini masih berdiri Kokoh.
"Alhamdulillah adanya Rumah Singgah sangat membatu masyarakat telocor," ujarnya.
Rumah Singgah didirikan pada tahun 2019 lalu dengan fokus terhadap pelayanan kesehatan masyarakat pedalaman yang berpenduduk kurang lebih 20 Kartu Keluarga kampung Telocor dan 8 Kartu Keluarga kampung Seling.
"Jadi di atas sana masih banyak kehidupan yang perlu kami perhatikan betul ya," kata Maskur Kepala Desa Jambewangi.***