RINGTIMES BANYUWANGI - Pengguna Facebook Shinta Arum mengunggah foto Basuki Tjahaja Purnama (BTP) yang pernah dikenal sebagai Gubernur DKI Jakarta 2014 – 2017 dengan klaim narasi bernada melecehkan.
Pasalnya, BTP diklaim sebagai sosok yang gemar mabuk dan seks bebas.
Secara detail, BTP yang kini sudah menjadi Komisaris Utama Pertamina terlihat dalam foto tengah diapit dua perempuan di sisi kanan dan kirinya. Bahkan, narasi yang disematkan dalam unggahan tersebut menuduh sosok BTP sebagai pribadi buruk karena suka mabok dan seks bebas.
Baca Juga: Ribuan Orang Jemaah Syattariyah Rayakan Idulfitri 23 Mei 2020
“Mabok sex babes,” demikian bunyi narasi yang diunggah pada Senin, 18 Mei 2020.
Berdasarkan penelusuran PikiranRakyat-Cirebon.com dari Instagram Hoax Crisis Center Jabar, terdapat fakta yang berbeda dengan klaim narasi yang disertakan dalam unggahan foto tersebut.
Secara pasti, unggahan foto dan narasi dari pengguna Facebook Shinta Arum adalah salah atau keliru.
Baca Juga: HEBOH NASA Klaim Adanya Dunia Paralel di Mana Waktu Berjalan Mundur
Seperti kami kutip dari artikel berjudul Cek Fakta: Beredar Foto Basuki Tjahaja Purnama Diapit Mesra Dua Perempuan, Ini Faktanya
Pasalnya, diketahui foto tersebut adalah foto Onesmo Machibya yang mengaku dirinya sebagai Nabi dan dipanggil sebagai Nabi Tito.
Lebih detail, Nabi Tito menyatakan bahwa Kitab Injil memperbolehkan alkohol dan berzina. Terlebih, ia pun muncul dalam video yang memperlihatkan dirinya berdansa sambil memegang botol-botol bir dan juga mencium istri serta pembantu rumah tangganya.
Namun tak lama dari aksi kontroversialnya, Nabi palsu yang bernama Tito ini pun ditangkap oleh pihak kepolisian Dodoma, Tanzania.
Baca Juga: Jokowi Dikabarkan Siap Pindah Warga Negara?, Berikut Faktanya
Bahkan, Kepala Kepolisian Dodoma, Gilles Muroto yang melakukan pemeriksaan menyatakan, Tito yang berusia 44 tahun itu dinyatakan mengalami gangguan jiwa.
Dengan demikian, klaim narasi yang disebutkan terkait BTP berfoto dengan dua orang perempuan, terbukti salah. Untuk itu, konten yang beredar dalam media sosial itu termasuk dalam kategori Konten yang Salah atau False Context.(Penulis: Galih Ferdiansyah)